Facebook
RSS

Kualitas kita dapat ditentukan oleh orang di sekitar kita

James Bender dalam bukunya, "How to Talk Well" [New York; McGray-Hill Book Company,Inc., 1994], menyebutkan sebuah cerita tentang seorang petani yang menanam jagung unggulan dan sering kali memenangkan penghargaan.


Suatu hari, seorang wartawan dari koran lokal melakukan wawancara dan menggali rahasia kesuksesan petani tersebut.


Wartawan itu menemukan bahwa petani itu membagikan benih jagungnya kepada para tetangganya.


"Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda, lalu bersaing dengannya dalam kompetisi yang sama setiap tahunnya?" tanya wartawan, dengan penuh rasa heran dan takjub.


"Tidakkah Anda mengetahui bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari jagung yang akan berbuah dan membawanya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jika tetangga saya menanam jagung yang jelek, maka kualitas jagung saya akan menurun ketika terjadi serbuk silang. Jika saya ingin menghasilkan jagung kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus pula," jawab petani.


Petani ini sangat menyadari hukum keterhubungan dalam kehidupan. Dia tidak dapat meningkatkan kualitas jagungnya, jika dia tidak membantu tetangganya untuk melakukan hal yang sama.


Dalam kehidupan, mereka yang ingin menikmati kebaikan, harus memulai dengan menabur kebaikan pada orang-orang di sekitarnya. Jika Anda ingin bahagia, Anda harus menabur kebahagiaan untuk orang lain. Jika Anda ingin hidup dengan kemakmuran, maka Anda harus berusaha meningkatkan taraf hidup orang-orang di sekitar Anda.


Anda tidak akan mungkin menjadi ketua tim yang hebat, jika Anda tidak berhasil meng-upgrade masing-masing anggota tim Anda. KUALITAS ANDA DITENTUKAN OLEH ORANG-ORANG DI SEKITAR ANDA.


Orang Cerdas sejatinya adalah orang yang mencerdaskan orang lain, begitu pula orang yang baik adalah orang yang mau membaikkan orang lain...
[ Read More ]

Waktu Terbaik Dalam Hidup

Ini kisah seorang pria yang merasa gelisah akan hidupnya. Namanya Hardi. Dua hari ke depan, di bulan Januari ini, ia akan berumur 30 tahun. Ia gelisah karena sebentar lagi akan memasuki masa dekade baru dalam hidupnya dan cemas karena merasa masa-masa terbaik dalam hidupnya akan segera berlalu.

Setiap pagi sebelum berangkat kerja, Hardi selalu menyempatkan diri berolahraga di gym. Di sana pula ia akan selalu berjumpa temannya yang bernama Nicholas. Usianya sudah 79 tahun, tapi kondisi tubuhnya masih sangat prima. Hari itu, Hardi tidak terlihat bersemangat. Hal ini pun diperhatikan oleh Nicholas, sehingga ia bertanya, "Apa ada masalah?" Hardi akhirnya bercerita soal kegelisahannya. Lalu, ia bertanya pada Nicholas, "Kapan waktu terbaik dalam hidupmu?"

Tanpa ragu, Nicholas menjawab, "Saat aku masih kecil dan tinggal di kampung halaman, saat aku dibesarkan dengan kasih sayang oleh orangtuaku, itulah masa terbaik dalam hidupku.

Saat aku mulai bersekolah dan belajar segala hal yang sekarang aku ketahui, itu juga masa terbaik dalam hidupku.

Saat aku diterima kerja pertama kalinya dan punya tanggung jawab serta digaji atas kerja kerasku, itulah waktu terbaik dalam hidupku.

Saat aku bertemu istriku dan jatuh cinta, itu juga waktu terbaik dalam hidupku.

Saat pecah perang, aku dan istri harus mengungsi demi menyelamatkan hidup kami. Saat kami tetap bersama-sama dan selamat di sebuah kapal menuju tempat tinggal yang baru, itulah waktu terbaik dalam hidupku.

Saat kami tiba di tanah harapan yang baru dan mulai membina sebuah keluarga, itu waktu terbaik dalam hidupku.

Saat aku menjadi seorang ayah, melihat anak-anakku tumbuh besar, itulah masa terbaik dalam hidupku.

Dan sekarang, Hardi, umurku 79 tahun. Aku masih merasa sangat sehat dan tetap merasa jatuh cinta pada istriku seperti pertama kali bertemu. Itu juga menjadi waktu terbaik dalam hidupku."

Sahabat yang Luar Biasa,

Sejatinya, tidak ada masa tertentu yang bisa menjadi masa terbaik dalam hidup ini. Jika kita mampu mensyukuri setiap momen yang sedang kita lewati dengan cara mengerahkan segenap tenaga, hati, dan pikiran terhadap apa pun yang kita lakukan, maka kita akan mendapatkan waktu terbaik dalam hidup. Karena itu, mari kita berjuang untuk merasakan masa terbaik dalam hidup kita mulai hari ini juga!
[ Read More ]

Pesan Terakhir

"Saya hanya ingin kamu tahu saya benar-benar mencintaimu. Saya ingin kamu berbuat baik, berbahagialah...." Itulah potongan pesan terakhir yang sempat ditinggalkan Brian Sweeney di mesin penjawab telepon isterinya, sebelum pesawat yang ia tumpangi ditabrakkan pembajak ke gedung WTC, 9 September 2001.

Pesan yang singkat, mengharukan, sekaligus menghangatkan hati yang mendengarnya.

Perkataan yang baik, yang menguatkan, yang membangun orang lain, adalah bukan saja menjelang akhir hidup, melainkan harus dilakukan sekarang & perlu diwujudkan dalam kehidupan nyata setiap hari, termasuk melalui setiap perkataan yang keluar dari mulut kita.

Yang dimaksud perkataan baik tidak berarti kata-kata yang romantis belaka, tetapi apa yang meneguhkan, menguatkan, ramah, penuh kasih dan pengampunan.

Mana yang lebih banyak keluar dari mulut kita setiap hari? Perkataan yang baik atau justru yang merusak? Ucapan yang membawa orang mengagumi Tuhan, atau malah yang membuat mereka kehilangan rasa hormat dan kasih pada-Nya?

Sobat, jangan tunggu detik-detik terakhir untuk mengucapkan tutur kata yang baik. Kita tidak tahu kapan saat itu tiba. Hidupilah setiap hari seolah-olah itu adalah hari terakhir kita.
[ Read More ]

Kekayaan Bukanlah Satu-satunya Sumber Kebahagiaan

Di zaman sekarang ini, budaya materialistis mungkin sudah menyebar dengan sangat cepat. Segala sesuatu di ukur dengan materi/kekayaan. Kita semakin sering diprogram sehingga kita menjadi percaya bahwa kekayaan menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan kita. Kita dan semua orang menjadikan kekayaan sebagai referensi kebahagiaan. Padahal kenyataannya tidaklah seperti itu.

Jika Anda terlalu mendewakan kekayaan dan menganggap kekayaan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan, sering kali Anda akan menuai kekecewaan. Mengapa? Karena ada banyak sekali hal di dunia ini yang bisa kita nikmati yang bisa mendatangkan kebahagiaan. Yang perlu Anda tahu adalah kekayaan BUKANLAH SATU-SATUNYA sumber kebahagiaan, melainkan SALAH SATU sumber kebahagiaan. Sekali lagi saya ingatkan, kekayaan hanyalah salah satu dari sekian banyak sumber kebahagiaan Anda.

Kebahagiaan sejati datangnya dari dalam diri kita, bukan dari luar. Jika Anda menggantungkan kebahagiaan Anda di luar diri Anda, apalagi kekayaan, maka Anda tidak akan menemukan kebahagiaan sejati. Banyak orang berusaha mengejar kekayaan yang menurut mereka bisa membuat mereka bahagia. Akan tetapi, proses tersebut malah mendatangkan ketidakbahagiaan. Contohnya, mereka yang terlalu sibuk mencari dan mengumpulkan kekayaan tanpa mempedulikan kesehatannya. Dan saat kesehatannya mulai memburuk, kekayaan yang diperoleh dengan susah payah pun habis untuk biaya pengobatan.

Saya juga sering melihat orang yang hartanya berlimpah tetapi tidak bahagia sama sekali. Ada juga yang semakin kaya, bukannya makin bahagia, tetapi malah makin stres dan depresi.

Kenyataan ini bukan berarti membuat kita harus berhenti meraih kekayaan yang kita inginkan. Siapa pun pasti ingin hidup kaya sekaligus bahagia. Meraih kekayaan adalah hak semua orang. Tapi yang perlu Anda ingat adalah jangan jadikan kekayaan sebagai harapan terakhir dan satu-satunya menuju kebahagiaan sejati. Banyak orang merasa tidak bahagia jika tidak kaya. Jika kita mengacu pada statistik bahwa hanya 10% orang di dunia ini yang kaya, bagaimana dengan yang 90% lainnya? Apakah mereka yang 90% tersebut tidak akan bisa bahagia karena tidak kaya? Pikirkan ini baik-baik. Apakah Anda pernah melihat orang yang biasa-biasa dan tidak kaya tapi sangat bahagia, atau orang yang kekayaannya berlimpah tetapi hidupnya terasa hampa? Jika itu benar, berarti kekayaan bukanlah satu-satunya sumber kebahagiaan sejati.

Bagi Anda yang mungkin tidak atau belum kaya, apakah harus menunggu sampai kaya baru mau menjadi bahagia? Pastinya tidak. Ada banyak sekali hal di dunia ini yang bisa membahagiakan Anda detik ini juga. Bahkan Anda bisa bahagia di sini dan detik ini juga karena kebahagiaan sesungguhnya ada dalam diri Anda, bukan orang lain atau apa pun. Apa pun yang terjadi, Anda bisa memilih untuk menjadi bahagia karena kebahagiaan ada dalam genggaman Anda. Jika Anda menggantungkan kebahagiaan pada diri sendiri, meskipun Anda sedang tertimpa masalah, sakit, bangkrut atau apa pun, Anda tetap bisa menjadi bahagia.

Itu berarti Anda bisa menjadi bahagia tanpa syarat dan ketentuan apa pun. Anda pasti pernah melihat billboard reklame yang mempromosikan produk dengan harga yang sangat murah, tapi ada tanda * di samping tulisan harga itu. Anda akan tahu tanda * itu di sebelah kanan bawah ada tulisan "Syarat & Ketentuan Berlaku". Syarat dan ketentuan tersebut harus dipenuhi agar bisa mendapat harga seperti yang tertera di reklame.

Sama halnya banyak orang yang ingin bahagia tapi syarat dan ketentuannya terlalu banyak. Mereka berkata akan bahagia jika syarat dan ketentuannya dipenuhi, seperti sukses, kaya, harta berlimpah dan lain sebagainya. Padahal tidak perlu seperti itu. Bahagia yang sejati adalah bahagia tanpa syarat dan embel-embel apa pun. Jika Anda bisa bahagia tanpa syarat dan ketentuan apa pun, Anda akan menemukan kebahagiaan sejati yang lebih bertahan lama. Tidak ada lagi yang bisa membuat Anda sedih. Anda akan bisa bahagia detik ini juga tanpa menunggu lama. Akan tetapi, semakin banyak syarat dan ketentuan untuk menjadi bahagia, Anda akan semakin lama dan sulit memperoleh kebahagiaan itu. Manakah yang Anda pilih?
[ Read More ]

Kau adalah Hidupku

"Sering kali kita meremehkan dan mengabaikan kekuatan sentuhan, senyuman, ucapan indah, kemauan untuk mendengarkan, kata pujian yang tulus, atau aksi sekecil apa pun yang menunjukkan kepedulian. Semuanya itu justru berpotensi besar untuk mengubah suatu kehidupan."
-Leo Buscaglia (penulis dan pembicara motivasi)

Kutipan Buscaglia di atas mencoba menyimpulkan kisah menarik dan menyentuh berikut ini. Mungkin kisah ini juga bisa menjadi bahan perenungan kita semua agar lebih menunjukkan sikap kepedulian sekecil apa pun itu terhadap sesama, terutama keluarga.

Ada seorang bocah laki-laki yang dikirim orangtuanya ke sebuah sekolah asrama. Sebelum dikirim ke sekolah baru itu, bocah tersebut adalah murid paling cerdas di kelasnya. Ia masuk peringkat teratas di setiap kompetisi. Ia sang juara.

Tapi, semuanya itu berubah setelah bocah ini meninggalkan rumah dan memasuki sekolah asramanya. Nilai-nilainya mulai menurun. Ia benci harus menjadi bagian dari sebuah kelompok. Ia merasa sendirian sepanjang waktu. Ada kalanya ia mengalami masa-masa gelap hingga ia merasa ingin bunuh diri. Semuanya itu karena ia merasa tidak berguna dan tidak ada yang mencintainya lagi.

Orangtuanya mulai mengkhawatirkan anak kesayangannya itu. Tapi bahkan, mereka pun tidak tahu apa yang salah dengan anaknya itu. Akhirnya, sang ayah memutuskan untuk mengunjungi anaknya itu di sekolahnya dan mengajaknya mengobrol.

Sang ayah dan anaknya pun duduk di tepi danau dekat sekolahan. Sang ayah mulai menanyakan pertanyaan-pertanyaan biasa soal kelas yang diambil anaknya, guru-gurunya, dan jenis olahraga yang dimainkan di sekolah asrama itu. Setelah mengobrol cukup lama, sang ayah berkata, "Kau tahu, Nak, alasan Ayah ada di sini sekarang?"

Bocah laki-laki itu menjawab, "Mengecek nilai sekolahku?"

"Bukan, bukan itu," balas sang ayah terburu-buru. "Ayah di sini untuk memberi tahumu bahwa kau adalah orang terpenting bagiku. Ayah ingin melihatmu bahagia. Ayah tak peduli dengan nilai-nilai sekolahmu. Yang Ayah pedulikan hanyalah kebahagiaanmu. KAULAH HIDUPKU."

Kata-kata ayahnya ini membuat bocah itu menangis. Ia langsung memeluk ayahnya. Mereka tidak mengatakan apa pun selama beberapa lama.

Sekarang, bocah laki-laki itu memiliki segalanya. Ia tahu sekarang bahwa ada seseorang di dunia ini yang sangat menyayanginya. Ia sangat berarti bagi seseorang. Dan bertahun-tahun setelah itu, bocah ini sudah menjadi mahasiswa paling cerdas di kelasnya dan ia tak pernah terlihat sedih lagi.
[ Read More ]

Beberapa Hal Yang Dapat Mendorongmu Untuk Tetap Bertahan...

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...

Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...

Tuhan sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...

Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon.

Tuhan selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...

Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...

Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...

Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur..

Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...

Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...

Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap...

TUHAN TAHU.
[ Read More ]

THINK POSITIVE..


Lebih mudah mana...
Berusaha menyingkirkan semua kerikil tajam di setiap jalanan, atau memakai sepatu agar kaki kita tidak terluka?

Lebih mungkin mana...
Berusaha mensteril semua tempat agar tak ada kuman, atau memperkuat daya tahan tubuh kita sendiri?

Lebih mudah mana...
Berusaha mencegah setiap mulut agar tak bicara sembarangan, atau menjaga hati kita sendiri agar tak mudah tersinggung?

Lebih penting mana....
Berusaha menguasai orang lain, atau belajar menguasai diri sendiri?

Yang penting bukan bagaimana orang harus baik padaku, melainkan bagaimana aku berusaha baik pada semua orang...karena...bukan orang lain yg membuat aku bahagia, tapi Sikapkulah yg menentukan, aku bahagia atau tidak..
[ Read More ]