Facebook
RSS

BERTOBAT LEWAT CARA SPEKTAKULER (Ketika Roh Membuat Kejutan)

-
Firman Tuhan

Fanatisme seorang Saulus. Sebenarnya kefanatikan bukan suatu hal yang selamanya buruk seperti dianggap banyak orang. Jika diterapkan dalam hal penurutan dan ketaatan terhadap keyakinan agama yang menyangkut diri sendiri, kefanatikan justeru adalah hal yang positif dan konstruktif (membangun). Kefanatikan menjadi hal yang negatif dan destruktif (merusak) kalau kita menerapkannya pada orang lain dengan sikap berpikir yang sempit, apalagi dengan mengatasnamakan agama lalu melakukan tindakan-tindakan anarkis yang merugikan dan mencelakakan orang lain. Fanatisme agama berbeda dari kesetiaan dan ketaatan terhadap agama. George Santayana, seorang filsuf Amerika asal Spanyol (1863-1952), menyebut fanatisme sebagai "melipatgandakan usaha anda ketika anda telah melupakan tujuan anda."

Tampaknya, Saulus memiliki sikap fanatisme agama yang sempit, dan atas nama agama tradisional yang dianutnya dia telah memburu dan menganiaya orang-orang Kristen. Dalam semangatnya yang berkobar-kobar untuk membasmi Kekristenan dia menghadap imam besar untuk memohon restu lalu berangkat ke Damaskus (Kis. 9:1-2). Kota ini terletak sekitar 200 Km dari Yerusalem ke arah timur laut yang biasanya ditempuh dalam enam hari berjalan kaki, dan tokoh muda dari sekte garis keras Farisi tersebut rela menempuh perjalanan sejauh itu untuk menunjukkan kesetiaannya pada apa yang diyakininya. Belakangan setelah bertobat lalu menjadi penginjil dan namanya berubah menjadi Paulus, dalam mengenang pengalamannya sebagai bekas penganiaya orang Kristen, dia berkata: "Saya malah begitu bersemangat sehingga saya menganiaya jemaat. Kalau dinilai dari segi hukum agama Yahudi, saya seorang baik yang tidak bercela" (Flp. 3:6, BIMK).

"Meskipun Saulus sesat dalam penganiayannya yang ganas atas orang Kristen, dia mengira dia sedang melakukan kehendak Allah dalam menghadapi apa yang diyakininya sebagai sebuah sekte yang fanatik. Sementara Saulus berjalan ke Damaskus untuk menangkap orang-orang Kristen dan menyeret mereka kembali ke Yerusalem, Yesus secara dramatis mengejutkan dia. Pengalaman Saulus di Jalan Damaskus itu mengubah bukan saja kehidupannya tetapi hal itu juga mengubah dunia" [alinea pertama].

Allah bekerja melalui manusia. Ketika hampir tiba di Damaskus sekonyong-konyong terjadilah sesuatu. Saulus melihat cahaya yang sangat menyilaukan mata bersinar dari surga dan terdengarlah suara berkata, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (Kis. 9:4). Tampaknya peristiwa itu terjadi ketika Saulus bersama rombongan kecil pengiringnya hendak memasuki kota Damaskus. Akibat sorotan sinar yang tajam itu Saulus tidak dapat melihat lagi dan dia dituntun menuju ke rumah seorang bernama Yudas yang tinggal di Jalan Lurus. Tiga hari lamanya kebutaan sementara itu bertahan dan sang penganiaya tidak makan dan minum (ay. 9). Selama penantiannya itu Saulus terus berdoa, dan dia mendapat khayal tentang seseorang bernama Ananias yang akan datang menumpangkan tangan ke atasnya dan mendoakan dia supaya dapat melihat lagi (ay. 12).

Siapakah Ananias? Dia adalah anggota jemaat biasa, bukan seorang pemimpin atau pun tokoh gereja. Ini menunjukkan bahwa Allah suka menggunakan orang biasa untuk melaksanakan tugas-tugas penting bagi-Nya. Kalau yang diutus untuk melayani Saulus adalah seorang rasul atau salah satu dari murid-murid Yesus yang pertama, Saulus akan menerima kabar selamat perantaraan manusia. Tetapi dengan digunakannya seorang anggota jemaat biasa yang sederhana dan tidak fasih lidah maka Saulus seolah-olah menerima pekabaran itu langsung dari Tuhan. Begitu bertemu dengan Saulus, sambil menumpangkan tangannya Ananias berkata dengan polos: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus" (ay. 17). Seketika itu juga penglihatan Saulus pulih kembali lalu dia dibaptis.

"Banyak yang mengira bahwa mereka bertanggungjawab hanya kepada Kristus saja untuk terang dan pengalaman mereka, terlepas dari pengikut-pengikut-Nya yang diakui di bumi ini. Yesus adalah sahabat orang-orang berdosa, dan hati-Nya tersentuh dengan duka mereka. Ia memiliki segala kuasa, baik di surga maupun di atas bumi; tetapi Ia menghargai sarana-sarana yang Dia telah urapi untuk pencerahan dan keselamatan manusia; Ia mengarahkan orang-orang berdosa ke gereja yang telah Ia jadikan saluran terang kepada dunia" [alinea kedua].

Apa yang kita pelajari tentang cara kerja Roh Kudus yang mengejutkan?
1. Fanatisme itu bisa menyesatkan jika diaplikasikan dengan pikiran yang sempit, ditujukan kepada orang lain gantinya pada diri sendiri; fanatisme menjadi hal yang bersifat membangun kalau itu diterapkan pada diri sendiri dengan tujuan untuk menjadi lebih taat dan setia.
2. Tidak setiap pertobatan melewati peristiwa yang luar biasa seperti pengalaman Saulus, tetapi setiap pertobatan pada prinsipnya adalah sebuah peristiwa luar biasa. Setidaknya, setiap pertobatan manusia yang berdosa itu adalah ujud dari pekerjaan Roh Kudus yang luar biasa.
3. Allah menggunakan manusia sebagai alat untuk penginjilan dan saluran keselamatan. Banyak kali orang-orang yang digunakan Allah untuk maksud tersebut adalah orang-orang kebanyakan dan bersahaja. Tuhan dapat menggunakan orang biasa untuk melaksanakan hal-hal yang luar biasa.

Leave a Reply