Facebook
RSS

HARGA SEPENGGAL IMAN (Penurutan Berbiaya Tinggi)

-
Firman Tuhan

Pengurapan Roh Kudus. Bagi murid-murid Yesus yang pertama, yang kemudian disebut sebagai rasul-rasul, Roh Kudus turun atas mereka tanpa perantara tetapi langsung dari surga dalam rupa "lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing" (Kis. 2:3). Dalam kasus murid-murid generasi kedua sesudah mereka, yaitu para diakon yang melayani jemaat, Roh itu turun ke atas mereka melalui rasul-rasul yang "berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka" (Kis. 6:6). Melalui pengurapan tersebut ketujuh pelayan jemaat berubah menjadi orang-orang yang penuh kuasa. Khusus bagi Stefanus dia menjadi seorang yang "penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak" (ay. 8). Bahkan Roh memberikan kepadanya hikmat dan akal budi sehingga ketika kaum Libertini mendebatnya dalam soal injil, Stefanus dapat membungkam mereka karena "tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (ay. 10).

Kaum Libertini adalah keturunan Yahudi yang bermukim di mancanegara dan bekerja sebagai budak-budak bagi bangsa kafir tapi kemudian memperoleh kebebasan. Versi BIMK menerjemahkan "kaum Libertini" sebagai "Orang-orang Bebas." Meskipun mereka berdarah Yahudi tetapi sehari-hari mereka berbahasa Yunani dan memelihara ajaran Hellenisme. Peradaban Hellenistik merupakan budaya Yunani purba yang berkembang pesat ketika kerajaan Grika berada pada puncak kejayaannya sampai menjelang munculnya kerajaan Romawi, yaitu selama tahun 323-31 SM. Pada masa itu pengaruh kebudayaan Hellenisme meluas di Eropa dan Asia hingga Afrika utara. Sebenarnya istilah "Hellenisme" dan "Hellenistik" baru populer pada pertengahan abad ke-19 dan merupakan konsep moderen untuk menjelaskan peradaban yang dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani purba selama empat abad terakhir sebelum Tarikh Masehi.

"Dalam Kisah pasal 7, Stefanus mengkhotbahkan sebuah khotbah sangat bagus yang menguraikan tentang sejarah Israel. Dia menerangkan pengalaman dari Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, dan Salomo. Sepanjang seruannya itu Stefanus melukiskan kesetiaan Allah dalam perbandingan dengan pendurhakaan Israel. Stefanus mengakhiri khotbahnya dengan menuding bahwa pemimpin-pemimpin agama Israel melanggar perjanjian Allah dan menolak pengaruh Roh Kudus (Kis. 7:51-52)" [alinea kedua].

Pengalaman teofania. Karena kalah berdebat, kaum Libertini itu menghasut orang banyak dengan menuduh Stefanus telah "mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah" (Kis. 6:11). Berita itu sampai ke telinga imam besar (kemungkinan besar adalah Kayafas) yang langsung memerintahkan penangkapannya untuk diadili dalam mahkamah agama. Tentu kita percaya bahwa ini adalah jalan Tuhan yang memberi kesempatan kepada Stefanus untuk berkhotbah dan menegur secara terbuka para pemimpin agama Yahudi itu. Khotbah yang berapi-api membuat imam besar dan para petinggi otoritas agama tersebut seperti kebakaran jenggot. "Apabila mereka itu mendengar yang demikian, geramlah hatinya dan dikertakkannya giginya kepadanya" (Kis. 7:54).

Tetapi Roh Kudus yang menguasai Stefanus tidak hanya memberikan kepadanya kemampuan dan keberanian untuk berdebat maupun berkhotbah serta menegur. Sebelum diseret keluar sidang pengadilan agama oleh massa yang marah untuk dirajam sampai mati, "Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah" (ay. 55). Bagi kalangan Kristen, pengalaman istimewa ini dikenal dengan istilah pengalaman teofania. Pengalaman serupa yang amat langka ini pernah dialami juga oleh nabi Yesaya (Yes. 6:1-3) dan Yohanes Pewahyu (Why. 4:1-5). [Lihat ulasan PSSD Pel. V, 4 Februari 2012, "Kekudusan Tiada Tara"].

"Stefanus telah berserah pada panggilan Tuhan dan setia kepada missi Allah, bahkan sampai mati. Meskipun mungkin tidak semua kita dipanggil untuk mati bagi iman kita, kita harus setia kepada Tuhan kita sehingga kalau kita memang dipanggil untuk itu kita tidak akan mundur, tetapi seperti Stefanus tetap setia sampai akhir. Bukan mustahil bahwa seseorang yang sedang membaca perkataan ini sekarang pada suatu hari kelak harus menyerahkan hidupnya dalam pekerjaan Tuhan" [alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang harga sebuah penurutan?
1. Selalu ada "harga" untuk sebuah penurutan. Katakanlah, anda menjadi pengikut sebuah kelompok atau pun seorang pemimpin, anda juga harus setia kepada kelompok dan taat kepada pemimpin tersebut. Kesetiaan dan ketaatan itu seringkali berarti pengekangan keinginan dan kebebasan pribadi.
2. Menyangkut penurutan kepada Tuhan, harganya sangat mahal dan kerap berupa kematian. Tuhan mempunyai missi, maka penurutan umat-Nya juga menyangkut kesetiaan melaksanakan missi tersebut. Pengorbanan dalam segala bentuk dan manifestasi adalah "harga" yang harus kita bayar sebagai umat Allah.
3. Karena tuntutan missi yang berat itu Allah telah menyediakan bantuan ilahi kepada setiap hamba-Nya, yakni kuasa Roh Kudus. Bahkan, Roh Kudus bukan saja melengkapi kita untuk melaksanakan missi Tuhan, tetapi juga mengubah kita untuk menjadi penurut yang taat.

Leave a Reply