Facebook
RSS

REFORMASI: MERENUNGKAN PEMIKIRAN BARU


Sabat Petang, 7 September 2013
PENDAHULUAN

Pikiran sebagai ukuran. Sebuah pepatah mengatakan, "Anda adalah apa yang anda pikirkan." Pengaruh pikiran terhadap perilaku kehidupan seseorang sudah menjadi bahan kajian ilmiah sejak lama. Meskipun pikiran itu berlangsung di otak, pikiran tidak sama dengan otak. Pikiran merupakan bagian dari diri kita sebagai makhluk cerdas yang memiliki kemampuan berpikir, sedangkan otak adalah sebuah organ tubuh di mana proses pemikiran itu berlangsung. Otak adalah organ fisik, pikiran adalah konsep psikologis. Ibarat sebuah komputer, otak adalah "hardware" (piranti keras) dan pikiran adalah "software" (piranti lunak). Sebuah komputer bisa berfungsi karena memiliki keduanya, perangkat keras dan perangkat lunak.

Otak--sebagai sebuah organ tubuh--adalah wahana di mana berlangsung lompatan-lompatan impuls elektronik yang mengkoordinasikan gerakan-gerakan anggota tubuh, organisme, dan berbagai aktivitas selaku tubuh. Pikiran--sebagai sebuah konsep psikologis--merupakan ujud dari pemikiran, gagasan, ingatan, akal budi, persepsi, emosi dan imajinasi selaku pribadi. Dengan pikiran kita mampu menganalisis situasi serta memahami apa yang terjadi di sekitar kita, dan kemampuan logika itulah yang membedakan manusia dari hewan. Hewan hanya sanggup menginterpretasikan apa yang terjadi di sekitar lingkungan mereka lalu dengan nalurinya beradaptasi dengan keadaan itu, tetapi hewan tidak dapat mengerti mengapa terjadi demikian. Semua manusia memiliki otak dan mampu menggunakan otaknya, bagi diri sendiri untuk bisa bertahan hidup maupun untuk kepentingan orang banyak. Dunia menghargai orang-orang yang kemampuan berpikirnya telah menghasilkan berbagai hal bagi kepentingan umat manusia. Kita menyebut mereka sebagai para penemu, baik dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam dunia seni.

Orang-orang yang sangat berjasa dalam kehidupan manusia ini antara lain seperti Nicolaus Copernicus (1473-1543), astronom dan matematikawan Polandia penemu teori heliosentris. Juga Galileo Galilei (1564-1642), fisikawan dan astronom Italia yang berkat teleskop canggih temuannya telah membuktikan kebenaran teori heliosentris tersebut sehingga memaksa Gereja untuk mengakui bahwa matahari, bukan Bumi, sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa dalam tatasurya kita. Ada pula Thomas Alva Edison (1847-1931), penemu fonograf dan bola lampu listrik; Alexander Fleming (1881-1955), biolog dan farmakolog Skotlandia yang menemukan penisilin sebagai antibiotik; Louis Pasteur (1822-1895), ahli kimia Prancis yang menemukan prinsip-prinsip vaksinasi dan pasteurisasi; Wilhelm Conrad Rontgen (1845-1923), fisikawan Jerman yang menemukan "sinar ronsen" atau X-ray; Alexander Graham Bell (1847-1922), insinyur asal AS yang menemukan telepon; bahkan Steve Jobs (1955-2011) yang terkenal karena inovasi sistem komputer dan telpon seluler yang telah mengubah cara manusia berkomunikasi.

Sementara jasa para penemu di bidang iptek itu sangat bermanfaat dalam kehidupan lahiriah manusia, para penemu di bidang kesenian berjasa memperkaya kehidupan batiniah manusia. Khususnya para penggubah lagu-lagu rohani yang mendorong semangat serta memberi keteduhan jiwa bagi banyak pendengar. Di antaranya adalah Isaac Watts (1674-1748), teolog dan penyair Inggris yang telah menggubah 750 lirik lagu rohani sehingga dijuluki "Father of English Hymnody" (Bapa Lagu Pujian Inggris) yang lagu-lagunya telah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia dan dinyanyikan oleh umat Kristen sejagad. Dalam "Lagu Sion" sebagai buku nyanyian resmi Gereja Advent di Indonesia yang menghimpun 342 kidung rohani (Bandung: Percetakan Advent Indonesia; ©1991) terdapat sekitar 10 lirik lagu ciptaannya, termasuk yang selalu dinyanyikan pada acara khotbah hari Sabat (LS 1) dan pada upacara perjamuan kudus (LS 202). Kalau bukan berkat karya-karya syair lagu rohani itu, Isaac Watts mungkin hanya akan dikenal oleh teman-teman sekelasnya di King Edward VI School (KES) di Southampton, Inggris sebagai "anak nyentrik" yang sering kena hukuman, dan setiap kali ditanyai guru mengapa melanggar peraturan sekolah akan selalu menjawab dengan kalimat-kalimat puitis yang terdengar menggelikan.

Gaya bicaranya yang kental dengan nada puitis itu tetap menjadi ciri jatidiri Isaac Watts sampai tua. Ketika menanggapi pekik keheranan seorang pengagumnya demi melihat sosoknya yang sudah rapuh dimakan usia, sembari berdiri merentangkan tangan memperlihatkan seluruh badannya yang tua renta, penyair itu berkata: "Nyonya, sekiranya dalam khayalan aku dapat merengkuh dua kutub atau menggenggam ciptaan dalam jengkalku, aku tetap akan dinilai melalui pikiranku, oleh sebab pikiran adalah ukuran dari seorang manusia."

"Isaac Watts benar. Pikiran adalah ukuran dari seorang manusia, dan reformasi adalah soal pikiran kita. Kalau ada reformasi dalam pikiran kita, kita akan memiliki reformasi dalam tindakan kita. Reformasi terjadi sementara Roh Kudus membawa pikiran kita kepada keselarasan dengan pemikiran Kristus. Bilamana hal itu terjadi, tindakan-tindakan kita akan mengikuti" [alinea kedua].

*(Judul asli: "Reformation: Thinking New Thoughts")

Minggu, 8 September
PIKIRAN DAPAT MENGUASAI TUBUH (Pikiran itu Penting)

Dikendalikan oleh pikiran. Sebuah ungkapan dalam bahasa Inggris yang cukup populer mengenai pikiran ialah"Mind over matter" yang penafsirannya beragam sesuai dengan konteks, tapi pada prinsipnya berarti bahwa kekuatan pikiran dapat mengatasi masalah-masalah fisik. Aslinya frase ini merujuk kepada fenomena paranormal yang mulai marak pada dasawarsa 1960-an hingga 1970-an, khususnya dalam teknik psikokenetik (PK) yang memanipulasi pengaruh pikiran terhadap tubuh di mana rasa sakit bisa dianulir dengan cara "melumpuhkan" sensasi rasa sakit di dalam otak, sehingga orang bisa berjalan di atas bara api tanpa kakinya hangus. Ungkapan ini kemudian diadopsi untuk diterapkan dalam berbagai konsep psikologis yang pada dasarnya ialah bahwa pikiran itu lebih berkuasa dari tubuh, dan apa yang dipikirkan seseorang itu lebih penting daripada apa yang dirasakan oleh tubuhnya. Fisik mungkin akan cenderung menyerah, tetapi kalau pikiran mengatakan sanggup niscaya tubuh akan mampu melaksanakan.

Sementara di satu pihak pikiran dapat mempengaruhi tubuh kita, karena apa yang dirasakan dan dilakukan tubuh dikendalikan dari pikiran, di pihak lain pikiran itu sendiri juga dapat dikendalikan. Dalam buku berjudul "You Are Not Your Brain" (Anda Bukanlah Otak Anda), ditulis bersama oleh Dr. Jeffrey Schwartz dan Dr. Rebecca Gladding, keduanya peneliti dari UCLA (University of California, Los Angeles), disebutkan tentang kemampuan untuk mempengaruhi otak kita supaya terfokus pada cara-cara berpikir yang sehat dan bermanfaat. Menurut para penulis buku ini, banyak pemikiran dan dorongan serta sensasi yang kita alami tidak memantulkan siapa kita sebenarnya dan kehidupan seperti apa yang kita inginkan. Semua itu disebut sebagai "pesan-pesan palsu" dari otak yang bersifat menipu dan bukan representasi sesungguhnya mengenai diri kita. Menyadari akan hal tersebut, disarankan oleh kedua penulis yang adalah juga psikiater klinis untuk melakukan Empat Langkah demi mengatasi apa yang dikenal sebagai "kelainan obsesif-kompulsif" (obsessive-compulsive disorder=OCD). Keempat langkah itu adalah: 1. Relabel (mengidentifikasi pesan-pesan otak yang bersifat menipu); 2. Reframe  (mengubah persepsi tentang pesan-pesan palsu dari otak); 3. Refocus (mengarahkan perhatian pada satu aktivitas atau proses berpikir yang produktif); 4. Revalue (menilai dengan tegas pemikiran-pemikiran dan dorongan-dorongan pikiran menurut keadaannya yang sebenarnya).

Misalnya dicontohkan tentang dorongan pikiran untuk membuka surat elektronik (e-mail) kedinasan padahal anda sedang santai menikmati akhir pekan bersama keluarga di rumah, dan anda tahu saat itu bukan waktu yang tepat untuk membaca e-mail yang berkaitan dengan pekerjaan. Maka dengan empat langkah yang disarankan itu kita dapat mengarahkan otak untuk melakukan (Langkah 1) "Relabel" dengan mengatakan dalam hati, "Oh, ada dorongan untuk membuka e-mail kantor." Sesudah itu (Langkah 2) "Reframe" dengan mengingatkan diri bahwa ini dorongan yang mengganggu, bahwa anda bukanlah otak anda, sehingga tidak harus merespon setiap dorongan yang muncul dalam pikiran. Kemudian (Langkah 3) "Refocus" dengan cara mengalihkan dorongan itu kepada hal lain yang bermanfaat, misalnya dengan jalan kaki di udara terbuka atau bermain dengan keluarga. Terakhir (Langkah 4) "Revalue" dengan menilai kembali dorongan otak untuk membuka e-mail tadi sebagai sesuatu yang tidak lebih dari pesan palsu dari otak dan bersifat menipu. Anda tidak perlu membaca e-mail kantor pada hari libur, sebab aktivitas itu bisa ditunda sampai hari kerja.

Barangkali langkah-langkah yang disarankan oleh penulis buku itu dapat pula diterapkan dalam menghadapi dorongan-dorongan hati yang sebenarnya merupakan "pesan-pesan palsu" untuk berbuat hal-hal yang bertentangan dengan jatidiri kita sebagai orang Kristen dan pengikut Kristus. "Pemikiran kita pada akhirnya akan mendikte perilaku kita. Cara kita berpikir mempengaruhi cara kita bertindak. Begitu juga sebaliknya. Perbuatan yang berulang-ulang mempengaruhi pikiran kita. Orang Kristen adalah "ciptaan baru." Pola berpikir yang lama telah digantikan dengan pola berpikir yang baru (2Kor. 5:17)...Ketika rasul Paulus mengingatkan orang Kristen agar 'pikirkanlah perkara yang di atas' (Kol. 3:2), dia sedang mendesak kita untuk memusatkan pemikiran kita ke surga. Pikiran kita terbentuk oleh apa yang kita masukkan ke dalamnya. Pemikiran-pemikiran kita dibentuk oleh apa yang kita pikirkan dengan menghabiskan waktu" [alinea pertama; alinea kedua: tiga kalimat terakhir].

Keserupaan dengan idola. "Hollywood Boulevard" di kota Los Angeles, California adalah salah satu tujuan utama wisatawan mancanegara maupun lokal. Anda belum ke Los Angeles kalau belum menjejakkan kaki di Hollywood Boulevard. Keistimewaan dari jalan raya sepanjang kurang-lebih 7 Km itu adalah pada ruas jalan sepanjang sekitar 2 Km yang disebut "Walk of Fame" di mana pada trotoarnya terpancang deretan lebih dari 2500 tanda bintang berwarna merah muda karang yang masing-masing memuat nama tokoh dalam dunia hiburan di AS. Penempatan tanda bintang itu merupakan penghargaan dan sekaligus pengakuan atas selebritas sang bintang yang saat peresmiannya dihadiri oleh bintang bersangkutan. Pada akhir pekan dan hari-hari libur anda bisa menyaksikan sosok-sosok mirip bintang tertentu yang berdiri di dekat tanda bintang yang "diwakilinya" dengan tujuan untuk mengais dolar dari para pengunjung. Tampang maupun dandanan mereka, termasuk atribut-atribut khas, sedemikian rupa sehingga sangat mirip dengan tokoh selebriti yang mereka berusaha tiru itu. Beberapa di antaranya, pria maupun wanita, memang hampir tak bisa dibedakan dari bintang aslinya. Dengan membayar $5 anda bisa mendapat kesempatan untuk 2-3 kali foto bersama dengan "sang artis" di dekat tanda bintang yang memuat namanya.

Bagi para "artis jalanan" tersebut kemiripan fisik dan penampilan yang serupa dengan sosok bintang aslinya adalah semacam anugerah alam untuk bisa sekadar mengais rejeki, sedangkan bagi para pelancong adalah semacam anugerah untuk bisa berfoto dengan idola mereka yang mustahil diperoleh dengan bintang aslinya. Kita juga sering menyaksikan keserupaan lahiriah dengan orang-orang penting dan terkenal kerap menjadi semacam berkah alam bagi yang bersangkutan. Namun tidak ada di antara individu-individu yang memiliki kemiripan lahiriah dengan tokoh-tokoh ternama yang berusaha untuk meniru prestasi dan kesuksesan sosok yang mirip dengan dirinya itu. Mereka sudah cukup bangga kalau punya tampang mirip tokoh terkenal karena merasa seperti ikut kecipratan popularitas. Fisik boleh sama, tapi otak dan kesempatan berbeda. Memang anda tidak harus memiliki sosok yang mirip dengan seorang tokoh yang sukses untuk bisa meraih prestasi yang sama dengan dia, tetapi anda dapat menyamai kesuksesannya dengan menjadi tokoh lain yang berbeda, dan biarlah orang-orang yang mempunyai kemiripan lahiriah dengan anda menjadi bangga atau mengidolakan anda.

Sebagai orang Kristen idola kita adalah Yesus Kristus, dan kepada kita didorong untuk berusaha menjadi serupa dengan Dia. Keserupaan dengan Kristus berarti memiliki kecemerlangan tabiat yang sama dengan Dia. Rasul Paulus menulis, "Sekarang muka kita semua tidak ditutupi selubung, dan kita memantulkan kecemerlangan Tuhan Yesus. Dan oleh sebab itu kita terus-menerus diubah menjadi seperti Dia; makin lama kita menjadi makin cemerlang. Kecemerlangan itu dari Roh, dan Roh itu adalah Tuhan" (2Kor. 3:18, BIMK). Pena inspirasi menulis: "Oleh memandang kita menjadi berubah; dan sementara kita merenungkan kesempurnaan dari Teladan ilahi itu, kita akan rindu untuk diubahkan sepenuhnya dan dibarui menurut citra kesucian-Nya. Adalah oleh iman kepada Putra Allah maka perubahan terjadi dalam tabiat, dan anak murka menjadi anak Allah" (Ellen G. White, Signs of the Times, 26 Desember 1892).

"Reformasi adalah soal memandang kepada Yesus. Itu adalah tentang Yesus mengisi pikiran kita. Itu adalah tentang Yesus membentuk pemikiran-pemikiran kita. Itu adalah tentang Yesus membimbing perbuatan-perbuatan kita. Bila kita memandang Yesus, Ia akan menuntun kita kepada standar-standar yang lebih tinggi dari sekadar kekakuan mengikuti aturan. Tidak mungkin kalau kita sungguh-sungguh melihat kepada Yesus dan tetap sama. Apabila kita merenungkan pemikiran-pemikiran-Nya, kita hanya mempunyai satu kerinduan, dan itu adalah melakukan kehendak-Nya" [alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang pikiran lebih berkuasa dari tubuh?
1. Otak manusia diciptakan Allah dengan kemampuan luar biasa untuk melakukan aktivitas-aktivitas kognitif, khususnya berpikir. Dengan 100 milyar sel saraf dalam otak kita dapat menganalisis dan memahami apa yang tertangkap oleh pancaindera, terutama untuk memahami pesan-pesan ilahi.
2. Pemikiran manusia, sebagai proses psikologis di dalam otak, mempunyai kekuatan untuk mengendalikan anggota-anggota tubuh. Tetapi kita juga dapat "mendidik" cara berpikir kita supaya dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran yang lebih sesuai dengan keinginan kita, khususnya yang selaras dengan Kristus.
3. Keserupaan dengan tabiat Kristus adalah tujuan utama dari setiap orang Kristen sejati. Itulah sebabnya kepada kita dianjurkan untuk senantiasa belajar dari Kristus dengan cara terus memandang kepada-Nya. Oleh memandang kita akan diubahkan melalui kesan-kesan yang tertanam dalam pikiran kita tentang Yesus Kristus.

Senin, 9 September
MELINDUNGI PIKIRAN KITA (Saringan Pikiran)

Maksud penyaringan. Salah satu alat yang paling sering digunakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia adalah alat penyaring. Montir memerlukan saringan oli untuk mesin mobil, tukang bangunan memakai saringan pasir untuk memplester dinding bangunan, ibu rumahtangga menggunakan saringan ketika menyiapkan makanan atau minuman tertentu. Fungsi dari alat penyaring (saringan) ialah menyaring dan mencegah apa saja yang tidak dikehendaki agar tidak ikut terserap bersama substansi yang diperlukan. Jadi, alat penyaring juga menjalankan fungsi pemurnian. Sesuatu unsur yang tidak murni dapat menimbulkan ketidaknyamanan bahkan masalah yang tidak diinginkan saat dipergunakan, apalagi untuk sesuatu yang dimasukkan ke dalam tubuh. Alat penyaring bukan sama sekali menutup jalan masuk, tetapi membiarkan masuk hanya hal-hal yang dikehendaki dan pada waktu yang sama mencegah unsur-unsur yang tidak disukai.

Pikiran kita adalah bagian yang netral, apa yang mengisi pikiran itulah yang menentukan keadaan pikiran kita. Sebagai orang Kristen pikiran kita harus selalu dijaga agar tidak disusupi oleh unsur-unsur duniawi yang dapat mengacaukan kemurnian pikiran kita. "Allah telah menyediakan suatu 'saringan rohani' bagi pikiran kita. Itu sudah dibuat dengan cermat untuk membiarkan masuk ke dalam pikiran kita hanya hal-hal yang akan membangun pengalaman rohani kita dengan Yesus" [alinea pertama: dua kalimat terakhir].

Rasul Paulus menulis: "Maka sejahtera dari Allah yang tidak mungkin dapat dimengerti manusia akan menjaga hati dan pikiranmu yang sudah bersatu dengan Kristus Yesus. Akhirnya, saudara-saudara, isilah pikiranmu dengan hal-hal bernilai, yang patut dipuji, yaitu hal-hal yang benar, yang terhormat, yang adil, murni, manis, dan baik...Janganlah ikuti norma-norma dunia ini. Biarkan Allah membuat pribadimu menjadi baru, supaya kalian berubah. Dengan demikian kalian sanggup mengetahui kemauan Allah--yaitu apa yang baik dan yang menyenangkan hati-Nya dan yang sempurna" (Flp. 4:7-8 & Rm. 12:2, BIMK).

Mengawal pancaindera. Setiap hari kita terpapar dengan berbagai hal yang bisa tertangkap oleh pancaindera kita, utamanya indera pelihat dan pendengar, baik melalui perangkat audio-visual maupun yang dapat kita saksikan dan dengar langsung dari aktivitas keseharian. Siaran radio, televisi, internet, tiada hentinya membanjiri pikiran kita dengan pelbagai informasi. Ada informasi yang berharga, banyak pula informasi sampah. Dalam situasi seperti inilah kita membutuhkan sebuah mekanisme penyaringan supaya hanya hal-hal yang dianggap layak saja yang terserap ke dalam pikiran, sedangkan hal-hal yang tidak patut bagi pikiran kita terlewatkan begitu saja. Setiap orang Kristen harus memiliki sistem saringan yang ditentukannya sendiri, sesuai dengan nilai-nilai rohani yang kita junjung.

"Ini sebuah kenyataan yang sederhana. Tidak mungkin mengembangkan pemikiran-pemikiran rohani yang mendalam kalau kita mengisi pikiran kita dengan kekerasan, ketidaksopanan, keserakahan, dan materialisme. Indera-indera kita merupakan pintu gerbang kepada pikiran kita. Jika pikiran kita dijejali dengan tontonan-tontonan hiburan Hollywood yang merangsang, pikiran akan dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang bersifat hawa nafsu ini gantinya oleh prinsip-prinsip Firman Allah...Orang-orang Kristen Masehi Advent Hari Ketujuh yang bersedia untuk Kedatangan Kristus yang Kedua harus mempertimbangkan dengan saksama sebelum mempersembahkan jiwa mereka pada mezbah hiburan duniawi" [alinea terakhir: empat kalimat pertama dan kalimat terakhir].

Pena inspirasi menulis: "Jika anda tidak dapat mengendalikan dorongan hati anda dan emosi anda sebagaimana yang anda kehendaki, anda dapat mengendalikan kemauan dan dengan demikian perubahan kemauan yang menyeluruh akan ditempa dalam hidup anda. Bila anda menyerahkan kemauan anda kepada Kristus, hidup anda terlindung bersama Kristus di dalam Allah. Itu berarti bersekutu dengan kuasa yang berada di atas segala kekuasaan dan kekuatan. Anda mendapat kekuatan dari Allah yang memegang anda teguh pada kekuatan-Nya; dan suatu hidup baru, bahkan kehidupan iman, adalah mungkin bagi anda" (Ellen G. White, Christian Temperance and Bible Hygiene, hlm. 148).

Apa yang kita pelajari tentang pentingnya saringan pikiran?
1. Demi menjaga kemurnian pikiran diperlukan sistem saringan untuk menyaring bahan-bahan yang masuk ke dalam pikiran agar hanya hal-hal yang murni saja yang diterima oleh pikiran kita. Dengan adanya penyaringan yang bekerja efektif kita tidak perlu khawatir terhadap "sampah-sampah" yang berseliweran di sekitar kita.
2. Sebagai umat Tuhan, saringan pikiran kita berpatokan pada Firman Tuhan. Alkitab mengajarkan agar kita hanya mengisi pikiran kita dengan "hal-hal bernilai, yang patut dipuji, yaitu hal-hal yang benar, yang terhormat, yang adil, murni, manis, dan baik" (Flp. 4:8).
3. Salah satu "penyimpangan moral" paling umum sekarang ini adalah menjadikan hal-hal yang menyangkut seksual sebagai hiburan. Bercanda soal seks selalu terdengar lucu dan menghibur, bukan? Namun perbuatan asusila tidak hanya perselingkuhan; gurauan yang bertema seksual juga adalah perbuatan asusila (Ef. 5:3-4).

Selasa, 10 September
PAGAR HATI (Pengamanan Pikiran)

Melindungi hak pribadi. Bukan hanya rumah perlu pagar, tapi juga hati dan pikiran. Pagar adalah sebuah ikhtiar untuk menyatakan kepemilikan dan pengamanan atas suatu properti (hak milik). Rumah-rumah di Amerika, yang juga mulai banyak ditiru oleh pengembang kompleks perumahaan model "cul de sac" di tanah air, umumnya tidak ada pagar fisiknya tapi menggunakan pagar imajiner yang diatur oleh hukum. Menjejaki halaman rumah orang tanpa seizin pemiliknya, walaupun tidak ada pagarnya, bisa membuat anda berurusan dengan polisi. Pikiran adalah properti pribadi kita masing-masing, dan kita berhak untuk melindunginya dari penyusupan unsur-unsur yang tidak dikehendaki. Seseorang yang tidak memagari pikirannya itu sama dengan membiarkan propertinya tanpa pagar di tengah lingkungan yang tidak aman karena banyak penerobos. Pertanyaannya, seberapa terjaminkah kekokohan pagar yang kita bangun itu untuk mencegah penerobosan?

Sebagai manusia yang lahir dalam keberdosaan dan mewarisi kecenderungan untuk berbuat dosa, hidup di tengah dunia yang sarat oleh dosa membuat kita tak berdaya untuk menghalangi pengaruh dosa. Hanya dengan bersandar kepada Tuhan untuk memagari pikiran kita ada jaminan bagi keamanan. "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (Flp. 4:7; penekanan ditambahkan).

"Ada banyak cara di mana kita bisa menggagalkan pengawalan kita itu. Kita dapat membiarkan masuk limbah kepelesiran dunia ini. Pikiran kita mungkin dikalahkan oleh amarah, kegetiran, dan kebencian. Pikiran bisa tenggelam di tengah lautan kepelesiran yang memabukkan atau kebiasaan-kebiasaan yang menimbulkan ketagihan. Kabar baiknya ialah bahwa Yesus telah berjanji untuk melindungi pikiran kita--kalau kita membiarkan Dia melakukannya" [alinea kedua].

Senjata Allah. Dalam perang fisik manusia menggunakan persenjataan militer yang berbau mesiu, tetapi dalam peperangan rohani yang dipergunakan adalah persenjataan rohaniah yang beraroma ideologis. Kesadaran akan hal ini harus membuat kita lebih waspada, oleh sebab kita berperang "bukanlah melawan darah dan daging, tetapi...melawan roh-roh jahat di udara" (Ef. 6:12). Dalam peperangan rohani kita tidak hanya menghadapi serbuan ideologi, doktrin, dan ajaran-ajaran dari luar gereja, tapi kita juga menghadapi gagasan, pendapat, dan penafsiran-penafsiran yang muncul dari dalam gereja. Setan menyerang umat Tuhan dalam segala lini kehidupan, dan dia juga menggunakan anasir-anasir yang telah disusupkannya ke dalam gereja!

Kenyataan ini membuat perjuangan umat Tuhan yang menghendaki kemurnian ajaran Allah menjadi lebih berat dan terkadang memusingkan kepala. Dalam peperangan rohani ini banyak kali kita menghadapi pendapat-pendapat, tulisan-tulisan, bahkan khotbah-khotbah dari para tokoh gereja yang mengagumkan tapi terkadang juga membingungkan. Sementara semua narasumber itu patut kita perhatikan karena bermanfaat bagi kebangunan rohani, kita juga patut mencermatinya apakah setiap pandangan itu benar-benar bersumber dari Firman Tuhan atau semata-mata hanya pemikiran manusia. Menangkis serangan dari luar gereja itu relatif lebih mudah daripada menghadapi kontroversi dari dalam.

Anda dan saya hanya akan mampu dan berhasil mempertahankan kemurnian pikiran dan iman kita dengan menggunakan dan mengandalkan pada senjata-senjata Allah, seperti yang difirmankan melalui rasul-Nya: "Kami memang masih hidup di dalam dunia, tetapi kami tidak berjuang berdasarkan tujuan duniawi. Senjata-senjata yang kami gunakan di dalam perjuangan kami bukannya senjata dunia ini, tetapi senjata-senjata Allah yang berkuasa. Dengan senjata-senjata itu kami menghancurkan pertahanan-pertahanan; kami menangkis perdebatan-perdebatan dan mendobrak benteng-benteng kesombongan yang dibangun untuk menentang pengetahuan tentang Allah. Kami menawan pikiran orang-orang dan membuat mereka takluk kepada Kristus" (2Kor. 10:3-5, BIMK).

"Kita tidak selalu dapat memilih pemikiran-pemikiran yang menerobos pikiran kita. Kita bisa memilih apakah kita akan terus memikirkannya dan membiarkannya menguasai pikiran kita. Membawa setiap pemikiran ke dalam penurutan kepada Kristus berarti menyerahkan pikiran kita kepada Yesus. Pemikiran duniawi tidak bisa dihapuskan hanya dengan sekadar berharap pemikiran itu akan berlalu. Pemikiran-pemikiran itu akan tergusur keluar ketika pikiran diisi dengan sesuatu yang lain. Pikiran yang terpusat pada prinsip-prinsip positif dari Firman Allah adalah pikiran yang 'terlindung' dan 'terpelihara' oleh kasih karunia Allah dari tipu muslihat si jahat" [alinea terakhir: enam kalimat terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang bagaimana mengamankan pikiran kita?
1. Pikiran adalah properti pribadi anda dan saya. Bukan saja kita berhak tapi juga wajib untuk melindunginya dari segala anasir-anasir yang bisa merusak kemurnian pikiran kita. Melindungi pikiran berarti memagarinya dengan ketat dan kokoh supaya tidak mudah disusupi oleh hal-hal yang tidak dikehendaki.
2. Sebagai umat Tuhan, pengamanan pikiran kita yang paling handal adalah senjata Firman Tuhan. Setan tidak dapat menyusup ke dalam Alkitab, tapi dia bisa menyusup melalui penafsiran dan pendapat tentang isi Alkitab. Setan menginfiltrasi gereja melalui agen-agennya dengan ide-ide dan pendapat pribadi mereka.
3. Perlindungan bagi pikiran kita terjamin hanya di dalam Yesus Kristus. Kita dapat menyerahkan pengamanan pikiran kita kepada-Nya melalui penyerahan diri dalam doa dan pendalaman Firman Allah dengan tuntunan Roh Kudus. Setiap orang bisa melakukan pendalaman Alkitab secara pribadi tanpa harus dibimbing oleh orang lain.

Rabu, 11 September
MENJADI MANUSIA SEUTUHNYA (Hubungan Pikiran dan Tubuh)

Kesejahteraan yang seutuhnya. Empat aspek yang membentuk manusia seutuhnya adalah fisik (raga), mental (cipta), rohani (jiwa), dan emosi (rasa). Setiap orang memiliki keempat unsur ini dalam dirinya, dengan segala kekhasannya masing-masing yang membuat seseorang sebagai satu pribadi yang unik. Dalam setiap aspek itu terkandung berbagai potensi (kemampuan) yang berbeda antara satu orang dengan orang yang lain, bergantung dari pengalaman dan pengembangan masing-masing. Fisik yang terlatih membuat seseorang lebih berotot dan kuat; mental yang terasah membuat seseorang lebih cerdas dan bijak; rohani yang terdidik membuat seseorang lebih bermoral dan bertanggungjawab; emosi yang terkendali membuat seseorang lebih tabah dan mampu menahan diri. Pendidikan yang baik ialah pendidikan yang mengajarkan keseimbangan dari semua dimensi manusia tersebut.

Allah sendiri yang telah menciptakan kita manusia sebagai makhluk dimensional dengan aspek-aspek yang lengkap seperti itu, oleh sebab dari mulanya Dia ingin memiliki satu umat yang sehat dan cakap sebagai anak-anak-Nya. Alkitab juga mengajarkan pendidikan yang seimbang meliputi semua aspek ini dalam rangka membina kesejahteran manusia yang seutuhnya. Bilamana Yesus datang kedua kali, Dia ingin menyambut satu umat yang memiliki kriteria ini. Itulah sebabnya sang rasul berdoa, "Semoga Allah sendiri yang memberikan kita sejahtera, menjadikan kalian orang yang sungguh-sungguh hidup khusus untuk Allah. Semoga Allah menjaga dirimu seluruhnya, baik roh, jiwa maupun tubuhmu, sehingga tidak ada cacatnya pada waktu Tuhan kita Yesus Kristus datang kembali" (1Tes. 5:23, BIMK).

"Bagi umat percaya Perjanjian Baru, kesejahteraan jasmani, pikirani dan emosi secara tak terpisahkan berkaitan dengan kesejahteraan rohani. Rasul Paulus mengimbau umat percaya agar 'memuliakan Allah dengan tubuh mereka.' Dia percaya bahwa seluruh umat manusia sudah dibeli dengan suatu harga dan diri kita bukan milik kita sendiri (1Kor. 6:19-20). Memelihara tubuh kita dengan mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat jauh lebih berarti daripada menambahkan beberapa tahun kepada umur kita; jika dilakukan dengan motif yang benar itu bisa merupakan suatu perbuatan ibadah" [alinea kedua].

Keserelarasan dengan kehendak Allah. Sebagai manusia seutuhnya, yang memiliki keempat aspek kemanusiaan sebagaimana tersebut di atas, kewajiban setiap orang adalah memelihara kebugaran dari setiap aspek itu. Hal ini perlu oleh karena masing-masing aspek saling mempengaruhi terhadap diri kita sebagai manusia yang utuh. Kalau salah satu dari aspek itu terganggu kesehatannya, keseluruhan diri orang tersebut menjadi sakit. Pada waktu tubuh sakit, pikiran dan emosi serta rohani ikut terpengaruh. Ketika emosi terganggu, gejala-gejalanya tampak pada pikiran, tubuh, dan rohani. Tatkala pikiran terganggu, akibatnya berimbas pada tubuh, emosi dan rohani. Sewaktu rohani terganggu, ujudnya terlihat pada tubuh, pikiran, dan emosi.

Kita mengenal istilah "penyakit psikosomatik," yaitu gangguan emosi yang gejala-gejalanya terlihat pada tubuh. Misalnya, seorang yang mengalami stres atau tertekan batin dapat mengembangkan gejala-gejala seperti tekanan darah tinggi, sakit punggung, dan tukak lambung (maag). Tetapi kerohanian yang "tidak sehat" juga dapat menimbulkan gejala-gejala fisik, mental, dan emosi. Gaya hidup, sepak terjang, cara berbicara, bahkan cara berpakaian bisa merupakan ciri-ciri fisiologis dari kerohanian yang sehat ataupun sakit. Firman Tuhan mengingatkan kita agar tidak mengikuti norma-norma dunia ini oleh pembaruan budi dan penguasaan diri (Rm. 12:2-3), mewaspadai musuh rohani yang datang sebagai pencuri untuk membinasakan karakter (Yoh. 10:10), dan bahkan dalam hal makan pun kita patut melakukannya demi kemuliaan Tuhan (1Kor. 10:31).

"Kalau ada praktik-praktik pola hidup jasmani yang tidak selaras dengan kehendak-Nya, Allah mengundang kita agar menyerahkannya bagi kemuliaan-Nya. Setan ingin mengendalikan pikiran kita melalui tubuh kita; Yesus rindu mengendalikan tubuh kita melalui pikiran kita. Tubuh kita adalah sebuah kaabah, bukan tempat bersenang-senang. Oleh mengikuti prinsip-prinsip surgawi kita dapat mengamalkan kehidupan yang lebih dipenuhi sukacita, produktif, berkelimpahan, dan sehat" [alinea terakhir: empat kalimat terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang hubungan antara pikiran dan tubuh?
1. Allah sudah menciptakan kita sebagai manusia yang seutuhnya, menebus kita sebagai manusia yang seutuhnya, memelihara kesejahteraan kita sebagai manusia yang seutuhnya, karena itu Allah juga ingin menyelamatkan kita seutuhnya. Ketika Yesus datang kedua kali, semua orang yang selamat akan diubahkan seutuhnya.
2. Sebagai manusia yang seutuhnya, terdiri atas keempat aspek yang saling berpengaruh, kita berkewajiban untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan diri secara utuh dan seimbang. Allah telah menyediakan petunjuk dan cara bagaimana kita dapat memelihara diri kita sebagai kaabah Allah yang kudus.
3. Pikiran adalah semacam "pusat komando" yang mengendalikan segala aktivitas hidup kita dan tempat di mana setiap keputusan diambil demi kepentingan diri kita. Setan tahu bahwa dengan menaklukkan pikiran seseorang dia dapat mengendalikan kehidupan orang itu. Hanya dengan kuasa Roh Allah kita dapat mempertahankan pikiran kita dari penguasaan setan.

Kamis, 12 September
MAKNA TERANG (Lambang-lambang Pengaruh)

Yesus sebagai Terang. Sebagaimana kita tahu di dalam Alkitab terdapat empat injil, yang berdasarkan hasil kanonisasi ditempatkan di bagian permulaan PB, yaitu: Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Dinamai "injil" karena isinya adalah tentang Yesus Kristus. Tiga injil pertama disebut injil "sinoptik" (lihat-bersama), yaitu yang menyorot kehidupan Yesus di dunia ini dalam format yang sama. Sementara ketiga injil ini memaparkan apa yang Yesus lakukan dan ajarkan, injil keempat, yakni injil Yohanes, lebih terfokus dalam membeberkan siapa Yesus itu. Injil Yohanes disusun oleh salah satu murid yang paling dekat dengan Yesus, ditulis sekitar tahun 85-95 TM.

Yohanes mengawali kitab injilnya dengan menerangkan hubungan antara Firman dan Terang. "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan" (Yoh. 1:1-3). Firman (Grika: λόγος, logos) di sini bukanlah semata-mata ucapan atau kata-kata, melainkan sebagai sosok pribadi. Lalu Yohanes menegaskan, "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya" (ay. 4-5). Terang (Grika: φῶς, phōs) dalam hal ini bukan dalam pengertian kata benda sebagai lawan kata dari gelap, melainkan sebagai kata kiasan yang berarti "kebenaran dan pengetahuannya" (Strong, G5457).

Dalam pemahaman mengenai "terang" seperti itulah rasul Yohanes selanjutnya menulis, "Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu" (ay. 6-8). {Yohanes yang disebutkan di sini bukanlah penulis injil ini, melainkan Yohanes sepupu Yesus, anak dari imam Zakharia dan Elisabet (Luk. 1:5, 13-17, 39-45) yang kemudian dikenal sebagai Yohanes Pembaptis (Mrk. 1:4; Luk. 7:20). Di sini Yohanes sang rasul sedang berbicara tentang Yohanes Pembaptis yang memberi kesaksian tentang Yesus sebagai terang yang sesungguhnya}. Selanjutnya, rasul Yohanes menandaskan, "Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia" (Yoh. 1:9). Pada ayat ini sang rasul sedang bertutur perihal Yesus Kristus.

Di kemudian hari, Yesus sendiri yang membuat pernyataan mengenai diri-Nya dengan berkata, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12). Sehubungan dengan itu pada kesempatan yang lain Yesus mengingatkan, "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang" (Yoh. 12:35-36).

Kita harus menjadi terang seperti Yesus. Kalau Yesus adalah terang dunia, para pengikut-Nya juga mesti menjadi terang dunia. Bahkan bukan hanya terang, tapi juga garam dunia. Yesus berkata, "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga" (Mat. 5:13-15).

"Tujuan dari semua kebangunan baru dan reformasi ialah untuk membiarkan terang kasih, rahmat, dan kebenaran Kristus bersinar melalui kehidupan kita. Terang bercahaya melawan kegelapan. Yesus sudah memanggil umat-Nya untuk mengamalkan suatu gaya hidup yang jelas berbeda dari yang diamalkan di dunia ini supaya memperlihatkan keunggulan dari cara hidup-Nya...Di tengah generasi yang menonjolkan diri, terpusat pada seks, dan letih oleh kecemasan, Yesus memanggil kita kepada sesuatu yang berbeda. Ia memanggil kita kepada kesederhanaan, kesopanan, dan kemurnian moral (1Ptr. 3:3-4)" [alinea kedua: tiga kalimat pertama dan dua kalimat terakhir].

Pena inspirasi menulis: "Allah menempatkan gereja-Nya di bumi supaya bisa menjadi terang dunia...Menerima terang dari Sumber segala terang, mereka harus memantulkan terang itu kepada orang lain. Tetapi ini hanya dapat dilakukan sementara gereja dekat kepada Allah dan hidup dalam hubungan yang erat dengan Pemberi kehidupan dan terang itu. Kemurnian dan kesederhanaan Kristus, yang dinyatakan dalam kehidupan para pengikut-Nya yang rendah hati, akan menyaksikan kepemilikan akan kesalehan sejati. Orang percaya yang terilhami dengan roh missionari sejati akan menjadi surat yang hidup, dikenal dan dibaca oleh semua orang" (Ellen G. White, risalah "Jehovah Is Our King," hlm. 10-11).

Apa yang kita pelajari tentang Yesus adalah terang dunia?
1. Salah satu dari sekian banyak missi Kristus di atas bumi ini ialah untuk menjadi "terang dunia." Dosa telah menggelapkan dunia ini, dan membutakan penduduknya akan kekudusan moralitas ilahi. Yesus membawa terang surgawi ke dalam dunia ini supaya manusia dapat melihat dengan jelas jalan yang harus ditempuh.
2. Selaku umat percaya yang telah memperoleh terang surgawi dari Kristus, anda dan saya bertanggungjawab untuk memancarkan terang itu kepada orang-orang lain. Sebagai terang kita menyinari pikiran mereka dengan kebenaran, sebagai garam kita mempengaruhi hidup mereka dengan moralitas surgawi.
3. Terang surgawi yang kita terima dari Yesus Kristus hanya dapat terus menyala dan memancarkan cahaya kalau kita memelihara terang itu agar tidak padam. Kristuslah sumber terang itu, kita hanya memantulkannya. Kita bisa memelihara cahaya terang itu oleh hidup selalu dekat dengan Yesus.

Jumat, 13 September
PENUTUP

Berpihak pada siapa? Orang Kristen sejatinya bukanlah orang-orang yang netral, tetapi adalah orang-orang yang berani berpihak. Tetapi keberpihakan kita itu bukan dalam suatu pertikaian pribadi maupun kelompok, ataupun dalam kancah pertarungan kekuasaan di dunia ini, melainkan keberpihakan yang menjunjung dan membela kebenaran. "Sebab kami tidak dapat berbuat sesuatu pun yang bertentangan dengan yang benar; kami harus menuruti yang benar" (2Kor. 13:8, BIMK).

"Kalau kita berada di pihak Tuhan, pemikiran kita adalah bersama Dia, dan pemikiran-pemikiran kita yang paling manis adalah tentang Dia. Kita tidak bersahabat dengan dunia; kita sudah mempersembahkan semua yang kita miliki dan diri kita kepada-Nya. Kita rindu untuk membawa citra-Nya, menghirup roh-Nya, melakukan kehendak-Nya, dan menyenangkan Dia dalam segala hal" [alinea pertama: tiga kalimat terakhir].

Orang Kristen berada di dunia ini untuk mewakili tabiat Kristus; orang Kristen akan kehilangan Kekristenannya jika mereka tidak mewakili tabiat Kristus di hadapan dunia. Inilah hakikat dan kodrat dari kehidupan orang Kristen, dan kita tidak mempunyai pilihan lain. "Tidak ada yang Kristus begitu kehendaki seperti wakil-wakil yang akan mewakili roh dan tabiat-Nya kepada dunia. Tidak ada yang dunia begitu perlukan seperti perujudan kasih Juruselamat melalui kemanusiaan" [alinea kedua: kalimat kedua dan ketiga].

"Sebab itu tanggalkanlah manusia lama dengan pola kehidupan lama yang sedang dirusakkan oleh keinginan-keinginannya yang menyesatkan. Hendaklah hati dan pikiranmu dibaharui seluruhnya. Hendaklah kalian hidup sebagai manusia baru yang diciptakan menurut pola Allah; yaitu dengan tabiat yang benar, lurus dan suci" (Ef. 4:22-24, BIMK).
[ Read More ]

Janji Roh Kudus

Beberapa waktu sebelum Yesus menjalani kematian-Nya di kayu salib, Ia telah berjanji kepada murid-murid akan mengirim "Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku" (Yoh. 14:26). Janji itu telah digenapi tidak lama setelah Yesus diangkat ke surga, empat puluh hari sesudah kebangkitan-Nya. Dan sebagaimana pelajaran hari Rabu (31 Juli) dan Kamis (1 Agustus), Roh Kudus menjalankan berbagai fungsi dalam kehidupan Yesus maupun para pengikut-Nya di kemudian hari. Roh Kudus masih bekerja hingga hari ini. Masalahnya, apakah anda dan saya bersedia menerima Roh Kudus untuk menguasai dan menuntun hidup kita, atau tidak.

"Janji akan Roh Kudus tidak terbatas pada usia atau ras tertentu. Kristus menyatakan bahwa pengaruh ilahi dari Roh-Nya harus bersama para pengikut-Nya sampai akhir. Dari Hari Pentakosta hingga sekarang ini, Penghibur itu telah diutus kepada semua orang yang sudah menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan dan kepada pelayanan-Nya. Bagi semua orang yang sudah menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi, Roh Kudus telah datang sebagai penasihat, pengudus, pembimbing, dan saksi" [alinea kedua: empat kalimat pertama].

"Oleh sebab itu, ketahuilah, apabila orang berbuat dosa dan mengucap penghinaan terhadap Allah ia dapat diampuni! Tetapi kalau ia menghina Roh Allah, ia tidak dapat diampuni! Apabila orang mengatakan sesuatu menentang Anak Manusia, ia dapat diampuni, tetapi apabila ia menghina Roh Allah, ia tidak dapat diampuni, baik sekarang maupun di akhirat!" (Mat. 12:31-32, BIMK).
[ Read More ]

PERANAN ROH DALAM HIDUP YESUS (Penurutan yang Dituntun Roh)

Roh Kudus menyanggupkan untuk menurut. Mana yang datang lebih dulu, keselamatan atau penurutan? Apakah seseorang diselamatkan lebih dulu baru menurut kepada Tuhan, atau dia harus menurut kepada Tuhan supaya selamat? Banyak orang yang beranggapan bahwa menurut kepada Tuhan adalah jalan untuk memperoleh keselamatan, tetapi Alkitab tidak mengajarkan demikian. Keselamatan adalah kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus yang diterima oleh iman (Ef. 2:8-9; Yoh. 20:31), tetapi Yesus sendiri berkata bahwa untuk tetap hidup kita harus menurut (Mat. 19:17). Sebab meskipun Yesus adalah Anak Allah dan sumber keselamatan namun ketika hidup di dunia ini Dia hidup dalam ketaatan kepada Allah (Ibr. 5:8-9), bahkan berkat ketaatan-Nya semua orang percaya dibenarkan (Rm. 5:17-19).

Kalau penurutan itu penting, dapatkah kita terus taat dan menurut? Alkitab mengajarkan bahwa Roh Kudus berperan dalam membangun penurutan manusia terhadap perintah Allah. Melalui nabi-Nya Allah berfirman, "Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya" (Yeh. 36:27). Rasul Paulus berkata, "Karena kalau kalian hidup menurut tabiat manusia, maka kalian akan mati; tetapi kalau dengan kuasa Roh Allah, kalian terus saja mematikan perbuatan-perbuatanmu yang berdosa, maka kalian akan hidup. Orang-orang yang dibimbing oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah" (Rm. 8:13-14, BIMK). Itulah sebabnya sang rasul menasihati supaya kita hidup di dalam Roh agar dapat mengalahkan keinginan daging yang berlawanan dengan keinginan Roh (Gal. 5:16-17). "Janganlah padamkan Roh," tambahnya (1Tes. 5:19).

Alkitab mengatakan tentang kondisi manusia, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm. 3:23; huruf miring ditambahkan). Kata asli yang diterjemahkan dengan "kemuliaan" di sini adalah δόξα, doxa, sebuah kata benda feminin yang artinya "pendapat" atau "pertimbangan" atau "pandangan." Jadi, kehilangan "kemuliaan Allah" berarti kehilangan kemampuan untuk menilai atau mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang ilahi. Atau, katakanlah, dosa telah menghilangkan kapasitas berpikir manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat menurut pandangan Allah. Bahkan, akibat dosa kita tidak sanggup lagi menghargai nilai diri kita sendiri sebagaimana Allah menilai diri kita. Hanya dengan bimbingan Roh Kudus maka anda dan saya dapat menghargai nilai kita, dan dengan demikian menghargai pengorbanan Yesus untuk menebus kita.

Keteladanan Yesus. "Roh Kudus memainkan peran utama dalam setiap aspek kehidupan Yesus. Dia lahir dari kandungan yang 'terjadi oleh kuasa Roh Allah' (BIMK) dan 'Roh Allah turun...ke atas-Nya' waktu dibaptis--yaitu kelahiran pelayanan-Nya (Mat. 1:20; 3:16-17; Kis. 10:34-38). Sepanjang hidup Kristus, Dia telah menurut kepada kehendak Bapa (Yoh. 8:29, Ibr. 10:7)" [alinea pertama]. Kehidupan Yesus tidak pernah lepas dari peran Roh Kudus, dari kelahiran sampai kematian-Nya. Kalau Yesus saja dituntun oleh Roh Kudus selama hidup-Nya di dunia ini, bagaimana dengan anda dan saya?

Pena inspirasi menulis: "Bilamana seorang menolak dosa, yaitu pelanggaran hukum, maka kehidupannya akan diselaraskan dengan hukum itu, ke dalam penurutan yang sempurna. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus. Terang dari firman yang dipelajari dengan saksama, suara hati nurani, perjuangan Roh, menghasilkan di dalam hati kasih sejati bagi Kristus yang telah menyerahkan Diri-Nya sebagai suatu kurban yang seutuhnya untuk menebus manusia seutuhnya, badan, jiwa dan roh. Dan kasih dinyatakan dalam penurutan" (Ellen G. White,Testimonies for the Church, jld. 6, hlm. 92).

"Yesus adalah hamba terhadap kehendak Bapa. Ia 'merendahkan diri-Nya' dan menjadi 'taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib' (Flp. 2:8). Yesus memberi suatu teladan tentang kehidupan yang dipenuhi dengan Roh Kudus itu seperti apa. Itu adalah suatu kehidupan penurutan yang rela dan kepatuhan yang rendah hati kepada kehendak Bapa. Itu adalah sebuah kehidupan penuh doa yang dibaktikan bagi pengabdian dan pelayanan, suatu kehidupan yang tersita oleh kerinduan penuh semangat untuk melihat orang lain diselamatkan dalam kerajaan Bapa" [alinea ketiga].

Apa yang kita pelajari tentang peranan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus?
1. Penurutan adalah buah dari keselamatan. Kalau saya belum diselamatkan, untuk apa saya menurut kepada Tuhan? Kesadaran bahwa kita sudah selamat di dalam Yesus Kristus mendorong kita untuk menurut kepada-Nya dan taat kepada perintah-Nya.
2. Penurutan sejati tidak pernah dihasilkan oleh keinginan dan usaha kita sendiri, itu adalah berkat kuasa Roh Allah yang ditanamkan ke dalam hati kita yang sudah dijadikan baru. Allah memberi kepada kita hati dan roh baru yang taat menggantikan hati yang keras (Yeh. 11:19; 36:26).
3. Hidup Yesus selama di dunia ini adalah suatu kehidupan yang dituntun dan dikuasai oleh Roh Kudus. Lahir oleh Roh Kudus, diurapi oleh Roh Kudus, menurut oleh Roh Kudus, dan mati dalam Roh Kudus. Sebagai pengikut Kristus kita juga harus menjalani kehidupan yang dituntun dan dikuasai oleh Roh Kudus.
[ Read More ]

SAMBUTAN TERHADAP ROH KUDUS (Kepekaan Pada Panggilan Roh)

Pekerjaan Roh Kudus. Alkitab mengindikasikan bahwa Roh Kudus adalah salah satu dari Tritunggal ilahi (Mat. 28:19-20; 2Kor. 13:13), dan sebagai Pribadi ilahi yang tahu persis mengenai Allah (1Kor. 2:10-11) Roh Kudus sudah bekerja bersama Allah pada waktu penciptaan (Kej. 1:1-3). Roh Kudus memiliki kewenangan khusus untuk memateraikan orang-orang yang akan diselamatkan (Ef. 4:30). Bagi manusia Roh Kudus berfungsi untuk menghibur dan mengajar (Yoh. 14:26), menolong dalam kelemahan dan menjadi pengantara untuk doa kita (Rm. 8:26), menyucikan hati nurani (Ibr. 9:14), menguduskan kita (2Tes. 2:13), serta menjadi sumber kuasa dan karunia (1Kor. 12:10-11). Roh Kudus memimpin dan menuntun manusia (Gal. 5:18; Ef. 6:18; Mzm. 143:10), bahkan memimpin dan menuntun Yesus ketika hidup di dunia ini (Mat. 4:1; Luk. 4:1).

Sejak peristiwa di tengah jalan menuju ke Damaskus itu dan selanjutnya Roh Kudus telah memainkan peran yang besar dalam kehidupan Paulus, khususnya ketika dia harus menghadap raja Agripa untuk mempertanggungjawabkan kegiatan penginjilannya. Raja ini adalah Herodes Agripa II, buyut dari Herodes Askalon atau Herodes yang Agung, seorang yang telah membunuh bayi-bayi pada waktu Yesus lahir; cucu dari Herodes Antipas yang terlibat dalam penyaliban Yesus dan yang telah memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis; anak dari Herodes Agripa I yang merestui penganiayaan atas orang-orang Kristen, dan atas perintahnya rasul Yakobus telah dipenggal kepalanya sehingga menjadi syuhada Kristen yang pertama. Jadi, Paulus sedang berhadapan dengan raja yang berasal dari satu dinasti atau keluarga yang sudah menunjukkan permusuhan terhadap Yesus Kristus dan para pengikut-Nya. Tetapi sang rasul tampil penuh percaya diri karena dikuasai dan dituntun oleh Roh Kudus.

Setelah berbicara panjang-lebar tentang latar belakang dan masa lalunya, Paulus kemudian mengungkapkan pengalaman dalam perjalanan ke Damaskus itu kepada sang raja. "Di seluruh pelayanannya Paulus telah dibimbing oleh Roh, diyakinkan oleh Roh, diajar oleh Roh, dan diberdayakan oleh Roh. Dalam pembelaannya di hadapan Raja Agripa dia menjelaskan penglihatan surgawi di Jalan Damaskus" [alinea pertama: dua kalimat pertama].

Drama di ruang sidang. Audiensi dengan Raja Agripa adalah peluang istimewa yang tidak disia-siakan oleh Paulus. Kesempatan itu dimanfaatkannya bukan semata-mata untuk membela diri saja tetapi lebih seperti sebuah khotbah mengenai Yesus Kristus dan kemesiasan-Nya. Sebelum mengakhiri pidato pembelaannya, yang juga disaksikan oleh dua petinggi dan pembantu terdekat raja, yakni gubernur Bernike dan panitera Festus, rasul Paulus dengan nada suara meyakinkan bertanya kepada raja, "Yang Mulia Baginda Agripa, apakah Baginda percaya akan apa yang dikatakan oleh nabi-nabi? Saya rasa Baginda percaya!" (Kis. 26:27, BIMK). Dapat dibayangkan suasana yang tiba-tiba menjadi tegang akibat pernyataan di luar dugaan yang Paulus lontarkan, sehingga raja berkata dengan nada tinggi, "Kau kira gampang membuat saya menjadi orang Kristen dalam waktu yang singkat ini?" (ay. 28, BIMK). Terhadap ucapan Agripa itu Paulus menanggapi dengan tenang: "Dalam waktu yang singkat atau dalam waktu yang panjang...saya berdoa kepada Allah supaya Baginda dan Tuan-tuan semuanya yang mendengarkan saya hari ini dapat menjadi seperti saya -- kecuali belenggu ini, tentunya!" (ay. 29, BIMK).

Tampaknya doa dan harapan Paulus itu tidak terkabul sebab tidak ada catatan bahwa Raja Agripa II dan para petinggi lainnya itu percaya kepada Yesus Kristus dan menjadi orang Kristen. Di sini kita melihat, pekerjaan dari Roh Kudus yang sama membawa hasil yang berbeda dalam kehidupan Paulus dan Agripa. Hal ini bukan karena Roh Kudus hanya berkuasa terhadap Paulus tetapi tidak terhadap Agripa, melainkan oleh sebab sambutan yang berbeda dari kedua orang itu. Kejadian yang sama dapat terjadi pada siapa saja ketika Roh Kudus berbisik, ada sebagian orang yang cukup peka untuk mendengar dan menerima bisikan itu, sebagian orang lagi tidak mendengar dan menolak.

"Sangat berbeda dengan Paulus, Raja Agripa tidak tunduk kepada kuasa Roh Kudus yang meyakinkan. Kepentingan dirinya sendiri yang meningkat dan keinginan-keinginan cinta dirinya berlawanan dengan desakan Roh untuk suatu kehidupan yang baru di dalam Kristus...Sementara kita mengikuti tuntunan Roh Kudus dan berjalan di dalam terang kebenaran Allah, Ia akan terus menyatakan terang dan kebenaran lebih banyak lagi. Pada waktu yang sama juga, semakin kita menepis desakan Roh Kudus, semakin kita menolak Dia, akan semakin mengeras hati kita jadinya" [alinea kedua dan alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang pekerjaan Roh Kudus dan sambutan kita?
1. Roh Kudus selalu bekerja dengan kuasa penuh untuk mempengaruhi manusia, tetapi Roh Kudus tidak dapat memaksa seorangpun. Kepekaan kita terhadap bisikan Roh Kudus menentukan hasil akhir, apakah kita bertobat dan selamat atau mengeraskan hati dan binasa.
2. Paulus adalah bukti nyata tentang apa yang dapat dilakukan oleh Roh Kudus pada kehidupan seseorang yang menerima Dia. Roh Kudus tidak menahan apapun untuk diberikan kepada setiap orang yang menyambut Dia, segala hal yang diperlukan bagi pengalaman rohani dan keberhasilan rohani orang itu.
3. Hampir berarti tidak. Inilah yang terjadi pada raja Agripa yang nyaris bertobat oleh khotbah Paulus. Keselamatan adalah pilihan pribadi, suatu hal yang hanya bisa terjadi apabila kita bersedia mendengar dan menerima Roh Kudus yang bekerja di hati sanubari kita.
[ Read More ]

BERTOBAT LEWAT CARA SPEKTAKULER (Ketika Roh Membuat Kejutan)

Fanatisme seorang Saulus. Sebenarnya kefanatikan bukan suatu hal yang selamanya buruk seperti dianggap banyak orang. Jika diterapkan dalam hal penurutan dan ketaatan terhadap keyakinan agama yang menyangkut diri sendiri, kefanatikan justeru adalah hal yang positif dan konstruktif (membangun). Kefanatikan menjadi hal yang negatif dan destruktif (merusak) kalau kita menerapkannya pada orang lain dengan sikap berpikir yang sempit, apalagi dengan mengatasnamakan agama lalu melakukan tindakan-tindakan anarkis yang merugikan dan mencelakakan orang lain. Fanatisme agama berbeda dari kesetiaan dan ketaatan terhadap agama. George Santayana, seorang filsuf Amerika asal Spanyol (1863-1952), menyebut fanatisme sebagai "melipatgandakan usaha anda ketika anda telah melupakan tujuan anda."

Tampaknya, Saulus memiliki sikap fanatisme agama yang sempit, dan atas nama agama tradisional yang dianutnya dia telah memburu dan menganiaya orang-orang Kristen. Dalam semangatnya yang berkobar-kobar untuk membasmi Kekristenan dia menghadap imam besar untuk memohon restu lalu berangkat ke Damaskus (Kis. 9:1-2). Kota ini terletak sekitar 200 Km dari Yerusalem ke arah timur laut yang biasanya ditempuh dalam enam hari berjalan kaki, dan tokoh muda dari sekte garis keras Farisi tersebut rela menempuh perjalanan sejauh itu untuk menunjukkan kesetiaannya pada apa yang diyakininya. Belakangan setelah bertobat lalu menjadi penginjil dan namanya berubah menjadi Paulus, dalam mengenang pengalamannya sebagai bekas penganiaya orang Kristen, dia berkata: "Saya malah begitu bersemangat sehingga saya menganiaya jemaat. Kalau dinilai dari segi hukum agama Yahudi, saya seorang baik yang tidak bercela" (Flp. 3:6, BIMK).

"Meskipun Saulus sesat dalam penganiayannya yang ganas atas orang Kristen, dia mengira dia sedang melakukan kehendak Allah dalam menghadapi apa yang diyakininya sebagai sebuah sekte yang fanatik. Sementara Saulus berjalan ke Damaskus untuk menangkap orang-orang Kristen dan menyeret mereka kembali ke Yerusalem, Yesus secara dramatis mengejutkan dia. Pengalaman Saulus di Jalan Damaskus itu mengubah bukan saja kehidupannya tetapi hal itu juga mengubah dunia" [alinea pertama].

Allah bekerja melalui manusia. Ketika hampir tiba di Damaskus sekonyong-konyong terjadilah sesuatu. Saulus melihat cahaya yang sangat menyilaukan mata bersinar dari surga dan terdengarlah suara berkata, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (Kis. 9:4). Tampaknya peristiwa itu terjadi ketika Saulus bersama rombongan kecil pengiringnya hendak memasuki kota Damaskus. Akibat sorotan sinar yang tajam itu Saulus tidak dapat melihat lagi dan dia dituntun menuju ke rumah seorang bernama Yudas yang tinggal di Jalan Lurus. Tiga hari lamanya kebutaan sementara itu bertahan dan sang penganiaya tidak makan dan minum (ay. 9). Selama penantiannya itu Saulus terus berdoa, dan dia mendapat khayal tentang seseorang bernama Ananias yang akan datang menumpangkan tangan ke atasnya dan mendoakan dia supaya dapat melihat lagi (ay. 12).

Siapakah Ananias? Dia adalah anggota jemaat biasa, bukan seorang pemimpin atau pun tokoh gereja. Ini menunjukkan bahwa Allah suka menggunakan orang biasa untuk melaksanakan tugas-tugas penting bagi-Nya. Kalau yang diutus untuk melayani Saulus adalah seorang rasul atau salah satu dari murid-murid Yesus yang pertama, Saulus akan menerima kabar selamat perantaraan manusia. Tetapi dengan digunakannya seorang anggota jemaat biasa yang sederhana dan tidak fasih lidah maka Saulus seolah-olah menerima pekabaran itu langsung dari Tuhan. Begitu bertemu dengan Saulus, sambil menumpangkan tangannya Ananias berkata dengan polos: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus" (ay. 17). Seketika itu juga penglihatan Saulus pulih kembali lalu dia dibaptis.

"Banyak yang mengira bahwa mereka bertanggungjawab hanya kepada Kristus saja untuk terang dan pengalaman mereka, terlepas dari pengikut-pengikut-Nya yang diakui di bumi ini. Yesus adalah sahabat orang-orang berdosa, dan hati-Nya tersentuh dengan duka mereka. Ia memiliki segala kuasa, baik di surga maupun di atas bumi; tetapi Ia menghargai sarana-sarana yang Dia telah urapi untuk pencerahan dan keselamatan manusia; Ia mengarahkan orang-orang berdosa ke gereja yang telah Ia jadikan saluran terang kepada dunia" [alinea kedua].

Apa yang kita pelajari tentang cara kerja Roh Kudus yang mengejutkan?
1. Fanatisme itu bisa menyesatkan jika diaplikasikan dengan pikiran yang sempit, ditujukan kepada orang lain gantinya pada diri sendiri; fanatisme menjadi hal yang bersifat membangun kalau itu diterapkan pada diri sendiri dengan tujuan untuk menjadi lebih taat dan setia.
2. Tidak setiap pertobatan melewati peristiwa yang luar biasa seperti pengalaman Saulus, tetapi setiap pertobatan pada prinsipnya adalah sebuah peristiwa luar biasa. Setidaknya, setiap pertobatan manusia yang berdosa itu adalah ujud dari pekerjaan Roh Kudus yang luar biasa.
3. Allah menggunakan manusia sebagai alat untuk penginjilan dan saluran keselamatan. Banyak kali orang-orang yang digunakan Allah untuk maksud tersebut adalah orang-orang kebanyakan dan bersahaja. Tuhan dapat menggunakan orang biasa untuk melaksanakan hal-hal yang luar biasa.
[ Read More ]

HARGA SEPENGGAL IMAN (Penurutan Berbiaya Tinggi)

Pengurapan Roh Kudus. Bagi murid-murid Yesus yang pertama, yang kemudian disebut sebagai rasul-rasul, Roh Kudus turun atas mereka tanpa perantara tetapi langsung dari surga dalam rupa "lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing" (Kis. 2:3). Dalam kasus murid-murid generasi kedua sesudah mereka, yaitu para diakon yang melayani jemaat, Roh itu turun ke atas mereka melalui rasul-rasul yang "berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka" (Kis. 6:6). Melalui pengurapan tersebut ketujuh pelayan jemaat berubah menjadi orang-orang yang penuh kuasa. Khusus bagi Stefanus dia menjadi seorang yang "penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak" (ay. 8). Bahkan Roh memberikan kepadanya hikmat dan akal budi sehingga ketika kaum Libertini mendebatnya dalam soal injil, Stefanus dapat membungkam mereka karena "tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (ay. 10).

Kaum Libertini adalah keturunan Yahudi yang bermukim di mancanegara dan bekerja sebagai budak-budak bagi bangsa kafir tapi kemudian memperoleh kebebasan. Versi BIMK menerjemahkan "kaum Libertini" sebagai "Orang-orang Bebas." Meskipun mereka berdarah Yahudi tetapi sehari-hari mereka berbahasa Yunani dan memelihara ajaran Hellenisme. Peradaban Hellenistik merupakan budaya Yunani purba yang berkembang pesat ketika kerajaan Grika berada pada puncak kejayaannya sampai menjelang munculnya kerajaan Romawi, yaitu selama tahun 323-31 SM. Pada masa itu pengaruh kebudayaan Hellenisme meluas di Eropa dan Asia hingga Afrika utara. Sebenarnya istilah "Hellenisme" dan "Hellenistik" baru populer pada pertengahan abad ke-19 dan merupakan konsep moderen untuk menjelaskan peradaban yang dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani purba selama empat abad terakhir sebelum Tarikh Masehi.

"Dalam Kisah pasal 7, Stefanus mengkhotbahkan sebuah khotbah sangat bagus yang menguraikan tentang sejarah Israel. Dia menerangkan pengalaman dari Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, dan Salomo. Sepanjang seruannya itu Stefanus melukiskan kesetiaan Allah dalam perbandingan dengan pendurhakaan Israel. Stefanus mengakhiri khotbahnya dengan menuding bahwa pemimpin-pemimpin agama Israel melanggar perjanjian Allah dan menolak pengaruh Roh Kudus (Kis. 7:51-52)" [alinea kedua].

Pengalaman teofania. Karena kalah berdebat, kaum Libertini itu menghasut orang banyak dengan menuduh Stefanus telah "mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah" (Kis. 6:11). Berita itu sampai ke telinga imam besar (kemungkinan besar adalah Kayafas) yang langsung memerintahkan penangkapannya untuk diadili dalam mahkamah agama. Tentu kita percaya bahwa ini adalah jalan Tuhan yang memberi kesempatan kepada Stefanus untuk berkhotbah dan menegur secara terbuka para pemimpin agama Yahudi itu. Khotbah yang berapi-api membuat imam besar dan para petinggi otoritas agama tersebut seperti kebakaran jenggot. "Apabila mereka itu mendengar yang demikian, geramlah hatinya dan dikertakkannya giginya kepadanya" (Kis. 7:54).

Tetapi Roh Kudus yang menguasai Stefanus tidak hanya memberikan kepadanya kemampuan dan keberanian untuk berdebat maupun berkhotbah serta menegur. Sebelum diseret keluar sidang pengadilan agama oleh massa yang marah untuk dirajam sampai mati, "Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah" (ay. 55). Bagi kalangan Kristen, pengalaman istimewa ini dikenal dengan istilah pengalaman teofania. Pengalaman serupa yang amat langka ini pernah dialami juga oleh nabi Yesaya (Yes. 6:1-3) dan Yohanes Pewahyu (Why. 4:1-5). [Lihat ulasan PSSD Pel. V, 4 Februari 2012, "Kekudusan Tiada Tara"].

"Stefanus telah berserah pada panggilan Tuhan dan setia kepada missi Allah, bahkan sampai mati. Meskipun mungkin tidak semua kita dipanggil untuk mati bagi iman kita, kita harus setia kepada Tuhan kita sehingga kalau kita memang dipanggil untuk itu kita tidak akan mundur, tetapi seperti Stefanus tetap setia sampai akhir. Bukan mustahil bahwa seseorang yang sedang membaca perkataan ini sekarang pada suatu hari kelak harus menyerahkan hidupnya dalam pekerjaan Tuhan" [alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang harga sebuah penurutan?
1. Selalu ada "harga" untuk sebuah penurutan. Katakanlah, anda menjadi pengikut sebuah kelompok atau pun seorang pemimpin, anda juga harus setia kepada kelompok dan taat kepada pemimpin tersebut. Kesetiaan dan ketaatan itu seringkali berarti pengekangan keinginan dan kebebasan pribadi.
2. Menyangkut penurutan kepada Tuhan, harganya sangat mahal dan kerap berupa kematian. Tuhan mempunyai missi, maka penurutan umat-Nya juga menyangkut kesetiaan melaksanakan missi tersebut. Pengorbanan dalam segala bentuk dan manifestasi adalah "harga" yang harus kita bayar sebagai umat Allah.
3. Karena tuntutan missi yang berat itu Allah telah menyediakan bantuan ilahi kepada setiap hamba-Nya, yakni kuasa Roh Kudus. Bahkan, Roh Kudus bukan saja melengkapi kita untuk melaksanakan missi Tuhan, tetapi juga mengubah kita untuk menjadi penurut yang taat.
[ Read More ]

BELAJAR DARI PENGALAMAN PETRUS (Hidup yang Diubahkan)

Bukan sekadar perasaan. Pernahkah anda merasa lebih dekat dengan Yesus dan merasa seperti seorang yang sudah dibarui? Puji Tuhan! Akan tetapi, perasaan seperti itu belum menjadi bukti bahwa anda sudah mengalami kebangunan rohani. "Hasil dari kebangunan rohani belum tentu adalah perasaan yang positif. Hasil dari kebangunan rohani adalah suatu kehidupan yang diubahkan. Perasaan-perasaan kita bukanlah buah dari kebangunan rohani. Sekali lagi, penurutan. Inilah bukti dalam kehidupan murid-murid sesudah Pentakosta" [alinea kedua].

Di malam buta yang dingin itu rumah dinas imam besar Kayafas (menjabat tahun 18-37 TM) dipanaskan oleh suasana pemeriksaan terhadap Yesus Kristus. Ratusan orang memenuhi serambi luas yang mendadak jadi ruang pengadilan, bahkan sampai meluber ke luar. Petrus, yang sejak tadi hanya mengikut Yesus dari jauh, memilih bergabung dengan orang-orang yang sedang berdiang di halaman. Seorang hamba perempuan imam besar, yang entah mengapa saat itu sedang berada di luar rumah, tiba-tiba mengenali wajah murid terdekat Yesus itu lalu berkata: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu" (Mat. 26:69). Kejadian yang tak diduga itu membuat Petrus seperti tersengat aliran listrik. Dia menyangkal tudingan itu. Merasa keadaan tidak aman Petrus beringsut ke pintu gerbang, tetapi seorang hamba lain memergokinya lalu menuding dia juga. Petrus menyangkal untuk kedua kalinya (ay. 71-72). Orang-orang yang berada di sekitar tempat itu berpaling ke arah Petrus lalu menuding dia lagi. Untuk ketiga kalinya Petrus menyangkal. Saat itulah terdengar ayam berkokok. "Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: 'Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.' Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya" (ay. 75).

Penyangkalan Petrus adalah sebuah tindakan kemurtadan, tetapi dia kemudian sadar dan bertobat. Beberapa minggu setelah peristiwa itu, dalam pertemuan ketiga dengan murid-murid setelah kebangkitan-Nya, Yesus mengajukan pertanyaan yang sangat pribadi kepada Petrus. "Simon, anak Yona, apakah engkau lebih mengasihi Aku daripada mereka ini mengasihi Aku?" (Yoh. 21:15, BIMK). Tentu saja Yesus tahu bahwa Petrus sungguh mengasihi-Nya, tetapi Ia ingin suatu pernyataan yang lebih tegas dan mendalam lagi sehingga pertanyaan yang sama diajukan sampai tiga kali. Bukankah murid yang satu ini juga pernah sesumbar dengan berkata, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak...Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau" (Mat. 26:33, 35)? Tetapi tidak berapa lama kemudian dia melanggar kata-katanya sendiri dan menyangkal Tuhannya sambil bersumpah. Maka, pada waktu Yesus bertanya untuk ketiga kalinya, Petrus hanya menjawab dengan rendah hati: "Tuhan, Tuhan tahu segala-galanya. Tuhan tahu saya mencintai Tuhan!" (Yoh. 21:17, BIMK).

Hidup yang diubahkan. Perubahan Petrus dan para murid lainnya semakin nyata setelah pengalaman pada hari Pentakosta. Roh Kudus telah membangunkan kembali kerohanian mereka, dan hasilnya adalah kehidupan yang diubahkan. Sehingga ketika Mahkamah Agama melarang mereka untuk mengabarkan tentang Yesus, mereka menjawab dengan lantang: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia" (Kis. 5:29-32).

Pena inspirasi menulis: "Ragi kebenaran bekerja secara rahasia, diam-diam, dan terus-menerus untuk mengubah jiwa. Kecenderungan-kecenderungan alamiah dilemahkan dan ditaklukkan. Pemikiran-pemikiran baru, perasaan-perasaan baru, dan motif-motif baru ditanamkan. Suatu ukuran tabiat ditetapkan--kehidupan Kristus. Pikiran diubahkan; kecakapan dibangkitkan kepada tindakan dalam garis-garis yang baru. Manusia tidak dianugerahi dengan kecakapan baru, melainkan kecakapan-kecakapan yang dia miliki itu disucikan. Hati nurani dibangunkan" (Ellen G. White, Review and Herald, 7 Juli 1904).

Apa yang kita pelajari tentang kehidupan yang diubahkan?
1. Petrus adalah bukti nyata dari sebuah kehidupan yang diubahkan oleh Roh Kudus melalui kebangunan rohani. Dari seorang yang murtad karena menyangkal Tuhan berubah menjadi seorang yang rela mati bagi Tuhan.
2. Khotbah-khotbah yang menjamah, ayat-ayat Kitabsuci yang menyentuh, kesaksian-kesaksian yang menarik, itu dapat saja menghangatkan hati seseorang dan menimbulkan perasaan seperti semakin dekat dengan Tuhan. Tetapi tanpa perubahan dalam kehidupan semua perasaan itu adalah ilusi rohani.
3. Roh Kudus bekerja seperti angin yang hanya terlihat pada hasil yang diakibatkannya. Roh Kudus bekerja di dalam hati sanubari dan pikiran manusia, mempengaruhi dan menghasilkan kebangunan rohani, hasilnya terpantau melalui hidup yang berubah. Tanpa perubahan berarti tak ada kebangunan rohani.
[ Read More ]

PERAN FIRMAN DALAM KEBANGUNAN ROHANI (Firman: Penjaga dan Pelindung Kebangunan Rohani)

Jagalah dirimu. Kota Efesus purba bukan saja sebagai pusat keduniawian tetapi juga salah satu pusat Kekristenan di abad pertama. Sebagai kota pelabuhan dan kota perdagangan, Efesus purba yang berpenduduk sekitar 250.000 orang itu tergolong kota dunia (kosmopolitan) yang moderen dan ramai pada masa itu, sebuah kota yang menawarkan berbagai kepelesiran duniawi. Lokasi bekas kota ini terletak sekitar dua kilometer dari Selcuk, propinsi Izmir, Turki. (Sekarang ada juga kota Efesus moderen, tapi hanya sebuah kota kecil di negara bagian Georgia, AS.) Rasul Paulus pernah tinggal di Efesus purba selama beberapa tahun dalam dasawarsa 50-an Tarikh Masehi di mana dia menginjil dan mendirikan jemaat Efesus, salah satu dari tujuh jemaat yang disebutkan dalam Wahyu pasal 2. Dari kota inilah Paulus menulis surat pertama kepada jemaat di Korintus (kitab 1 Korintus), sedangkan surat untuk jemaat Efesus ditulisnya dari dalam penjara di kota Roma sekitar tahun 62 TM. Rasul Yohanes, salah satu dari 12 murid Yesus yang adalah juga murid kesayangan, menurut catatan pernah juga tinggal di kota ini.

Paulus mengungkapkan keprihatinannya tentang jemaat Efesus ketika berbicara kepada para penatua jemaat itu yang diundang datang menemuinya di kota Miletus, kota persinggahannya dalam perjalanan pulang ke Yerusalem. "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu...Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya" (Kis. 20:28-29, 32).

Sang rasul paham betul dengan tantangan-tantangan yang dihadapi jemaat Efesus. Sebagai kota yang sarat dengan keduniawian dan pusat penyembahan berhala, ditandai dengan adanya Kuil Artemis yang terkenal itu, kota Efesus adalah sebuah perangkap bagi umat Kristen yang tinggal di situ. Tetapi ancaman yang paling besar dan harus lebih diwaspadai adalah pengaruh jahat dari "serigala-serigala yang ganas...dan tidak akan menyayangkan kawanan itu." Paulus sedang merujuk kepada kawanan iblis, yang oleh rasul Petrus disebut sebagai "singa yang mengaum-aum" (1Ptr. 5:8). Di bawah kendali iblis, beberapa orang dari antara jemaat itu akan muncul dengan ajaran palsu dan menarik sebagian dari anggota jemaat untuk menjadi pengikut mereka (Kis. 20:30). Sepertinya keadaan serupa juga sedang melanda sebagian gereja kita sekarang, bukan? Saya melihat hal ini sedang terjadi, khususnya di beberapa jemaat Indonesia di Amerika Serikat dan juga segelintir di tanah air.

Dilahirkan kembali oleh Firman. Sementara kewaspadaan harus ditingkatkan, Paulus juga menyebutkan tentang perlunya membentengi diri dengan Firman Tuhan. Itulah sebabnya sang rasul menyerahkan jemaat di Efesus itu "kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia" (Kis. 20:32) yang berkuasa untuk membangunkan kembali kerohanian jemaat itu. Meskipun dia telah meminta para penatua jemaat Efesus itu untuk memperhatikan anggota-anggota jemaat, tetapi sang rasul merasa lebih terjamin untuk menyerahkan mereka kepada Tuhan dan firman-Nya. Manusia tidak dapat diandalkan, tetapi Firman Tuhan adalah benteng pertahanan rohani yang abadi. "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya...Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya" (Yes. 40:6-8).

Berbicara tentang kelahiran kembali secara rohani, rasul Petrus berkata: "Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal" (1Ptr. 1:23). Namun, Firman Allah tidak cukup untuk dibaca saja tapi harus dipraktikkan. Kata rasul Yakobus: "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya" (Yak. 1:22-24). Menurut rasul Yohanes, Firman Allah itu menguatkan baik anak-anak, orang muda, maupun orangtua. "Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat" (1Yoh. 2:14).

Apa yang kita pelajari tentang peran Firman dalam kebangunan rohani?
  1. Firman Tuhan berkuasa membangun dan memelihara kerohanian, firman itu juga menjadi pemicu kebangunan rohani dalam diri setiap orang yang membacanya dengan tekun. Firman Tuhan adalah benteng pertahanan kerohanian yang handal bagi semua umat percaya.
  2. Anda tidak dapat mengandalkan pertumbuhan rohani maupun kebutuhan akan kebangunan rohani pada sesama manusia. Pendeta, guru Alkitab, penatua jemaat, pemimpin diskusi Sekolah Sabat, teman, orangtua, sanak keluarga, semuanya memiliki pergumulan rohani yang sama dengan anda.
  3. Dilahirkan kembali melalui Firman Allah mengubah kita menjadi manusia baru secara menyeluruh. Kerohanian yang dibangun kembali oleh Firman Tuhan membuat anda dan saya memiliki fondasi yang baru untuk menjadikan kita sebagai pelaku-pelaku Firman yang giat dan tangguh.


[ Read More ]

PERAN ALKITAB DAN IMAN (Kebangunan, Iman, dan Firman)

Iman macam apa? Iman dalam kehidupan orang Kristen adalah ibarat akar bagi sesuatu tumbuhan. Ambillah setangkai tanaman lalu pangkas akarnya sampai habis, dalam tempo yang singkat tanaman itu akan mati. Orang Kristen yang kehilangan iman juga akan segera mati kerohaniannya. Tragisnya, Yesus sendiri sangsi apakah akan ada cukup iman bila kelak Ia datang kedua kali (Luk. 18:8). Tentu saja akan ada banyak sekali orang yang hendak menyambut kedatangan Yesus kedua kali nanti, yaitu orang-orang yang telah percaya bahkan mengorbankan diri demi Yesus Kristus oleh karena iman. Sebenarnya, iman macam apa yang Yesus maksudkan ketika Dia meragukannya?

Orang Kristen adalah para pengikut Kristus yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Anak Allah. Kita menganut kepercayaan itu oleh karena iman. Selanjutnya, dengan iman yang sama kita menurut kepada perintah-perintah Yesus dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya. Iman itu pula yang mendorong kita menghampiri takhta Allah untuk memohon pengampunan dosa tiap-tiap hari, dan juga untuk meminta segala keperluan kita baik rohani maupun jasmani. Alkitab merumuskan iman seperti ini: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat...Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibr. 11:1, 6; huruf miring ditambahkan).

Persoalannya, iman kita menebal tatkala sedang meminta sesuatu kepada Tuhan, tetapi kemudian menipis ketika harus melakukan firman Tuhan. Saya suka menyebut pengalaman iman demikian sebagai "iman menulis indah." Dulu sewaktu berada di bangku SR atau Sekolah Rakyat (sekarang SD, Sekolah Dasar) kami wajib mengikuti kelas "Menulis Indah" untuk melatih kerapian menulis, dan untuk itu hanya boleh menggunakan pinsil. Teknik dasar yang diajarkan adalah begini: dalam menulis huruf, bila arah pinsil ke atas goresannya menipis (tekanan direnggangkan), dan bila arah pinsil ke bawah goresannya menebal (tekanan ditambah). Mereka yang sekarang berusia di atas 60 tahun tentu mengerti apa yang saya maksudkan dengan pelajaran menulis indah serta tekniknya, dan hasilnya memang tulisan kita menjadi indah. Iman "menulis indah" adalah iman yang bila menyangkut pelayanan Tuhan (arah ke atas) jadi menipis, tapi bila menyangkut kepentingan diri (arah ke bawah) jadi menebal. Iman yang selalu berubah tipis-tebal.

"Iman, yakni iman sejati, selamanya terfokus pada kehendak Allah, bukan pada keinginan kita. Itu adalah percaya kepada Allah, percaya pada janji-janji-Nya dan berbuat sesuai Firman-Nya. Iman kita bertumbuh sementara kita mendengarkan Firman Tuhan dan mempraktikkannya (Rm. 10:17; Yak. 2:17-18). Membuka pikiran kita kepada pengajaran-pengajaran Firman Tuhan membangun iman, dan melakukan apa yang Allah katakan--sekalipun itu bertentangan dengan keinginan-keinginan kita pribadi--menyiapkan kita untuk menerima kepenuhan kuasa Roh" [alinea keempat].

Tumbuh bersama iman. Saya mempunyai seorang teman masa muda yang terbilang cukup dekat. Tinggal dalam satu rumah yang sama, menyukai makanan yang sama, menggemari olahraga yang sama, senang diskusi dan bergurau bersama, saya suka menulis dan dia suka membaca, dia pintar melukis dan saya senang lukisan, dan selama beberapa tahun kami menjalani suka-duka bersama. Tapi lebih penting lagi, pemuda yang satu ini suka sekali menghadiri KKR di gereja saya. Karena jumlah kehadirannya memenuhi syarat dia pernah dihadiahi Alkitab dan buku Roh Nubuat terbitan IPH. "Mungkin kalau saya sampai berpindah agama dan menjadi orang Kristen, saya akan memilih menjadi anggota gereja Advent," katanya suatu kali. Sampai kami berpisah menurut jalan hidup masing-masing, sekitar 50 tahun silam, sahabat saya ini belum menjadi Kristen. Namun saya pernah katakan kepadanya bahwa pengakuannya tentang Yesus Kristus adalah Juruselamat manusia bagi saya itu sudah cukup menggembirakan, selebihnya adalah pekerjaan Roh Kudus. Semoga.

Injil adalah Kabar Baik untuk semua orang, jalan keselamatan bagi mereka yang percaya. Keselamatan adalah anugerah Tuhan, tetapi kasih karunia yang diberikan secara cuma-cuma itu hanya efektif jika diterima dalam iman. Alkitab mengatakan, "Sebab itu, baiklah kita waspada supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya" (Ibr. 4:1-2).

"Pengalaman rohani kita dibangunkan kembali bilamana kita menerima dan mengklaim Firman Allah oleh iman. Hanya sedikit manfaat diperoleh dari membaca Alkitab yang terburu-buru karena rasa tanggungjawab atau kewajiban. Kita diubahkan sementara kita menghayati apa yang kita baca, dan membiarkan pengajaran-pengajaran Alkitab membentuk pemikiran kita dan hidup kita" [alinea terakhir].

Apa yang kita pelajari tentang hubungan antara kebangunan rohani, iman dan firman?
  1. Iman dan firman adalah dasar dari kebangunan rohani seseorang. Iman mendorong kita untuk membaca firman Tuhan, dan iman membuat kita menerima dan melaksanakan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan itu. Jadi, selain membaca Firman kita juga harus melatih iman melalui perbuatan.
  2. Iman sejati itu lebih dari sekadar percaya tapi juga berbuat sesuai dengan kepercayaan yang ditumbuhkannya dalam hati kita. Meskipun setiap permohonan kepada Tuhan harus didasarkan pada iman, namun iman mempunyai fungsi yang jauh lebih luas dari itu. Iman mempengaruhi tabiat dan pola hidup kita.
  3. Kerohanian kita bertumbuh bersama iman dan firman. Lebih sering kita membaca dan menyelidik Firman Tuhan, semakin besar dan kukuh iman kita bertumbuh. Kebangunan rohani akan menjadi pengalaman setiap hari dari seorang yang rajin membaca Firman Tuhan dan tekun memelihara pertumbuhan imannya.


[ Read More ]