Iman macam apa? Iman dalam kehidupan orang Kristen adalah ibarat akar
bagi sesuatu tumbuhan. Ambillah setangkai tanaman lalu pangkas akarnya sampai
habis, dalam tempo yang singkat tanaman itu akan mati. Orang Kristen yang
kehilangan iman juga akan segera mati kerohaniannya. Tragisnya, Yesus sendiri
sangsi apakah akan ada cukup iman bila kelak Ia datang kedua kali (Luk. 18:8).
Tentu saja akan ada banyak sekali orang yang hendak menyambut kedatangan Yesus
kedua kali nanti, yaitu orang-orang yang telah percaya bahkan mengorbankan diri
demi Yesus Kristus oleh karena iman. Sebenarnya, iman macam apa yang Yesus
maksudkan ketika Dia meragukannya?
Orang Kristen adalah para pengikut Kristus yang percaya kepada Yesus
Kristus sebagai Juruselamat dan Anak Allah. Kita menganut kepercayaan itu oleh
karena iman. Selanjutnya, dengan iman yang sama kita menurut kepada
perintah-perintah Yesus dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya. Iman itu pula yang
mendorong kita menghampiri takhta Allah untuk memohon pengampunan dosa
tiap-tiap hari, dan juga untuk meminta segala keperluan kita baik rohani maupun
jasmani. Alkitab merumuskan iman seperti ini: "Iman adalah dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat...Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab
barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa
Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibr.
11:1, 6; huruf miring ditambahkan).
Persoalannya, iman kita menebal tatkala sedang meminta sesuatu kepada
Tuhan, tetapi kemudian menipis ketika harus melakukan firman Tuhan. Saya suka
menyebut pengalaman iman demikian sebagai "iman menulis indah." Dulu
sewaktu berada di bangku SR atau Sekolah Rakyat (sekarang SD, Sekolah Dasar) kami
wajib mengikuti kelas "Menulis Indah" untuk melatih kerapian menulis,
dan untuk itu hanya boleh menggunakan pinsil. Teknik dasar yang diajarkan
adalah begini: dalam menulis huruf, bila arah pinsil ke atas goresannya menipis
(tekanan direnggangkan), dan bila arah pinsil ke bawah goresannya menebal
(tekanan ditambah). Mereka yang sekarang berusia di atas 60 tahun tentu
mengerti apa yang saya maksudkan dengan pelajaran menulis indah serta
tekniknya, dan hasilnya memang tulisan kita menjadi indah. Iman "menulis
indah" adalah iman yang bila menyangkut pelayanan Tuhan (arah ke atas)
jadi menipis, tapi bila menyangkut kepentingan diri (arah ke bawah) jadi
menebal. Iman yang selalu berubah tipis-tebal.
"Iman, yakni iman sejati, selamanya terfokus pada kehendak Allah,
bukan pada keinginan kita. Itu adalah percaya kepada Allah, percaya pada
janji-janji-Nya dan berbuat sesuai Firman-Nya. Iman kita bertumbuh sementara
kita mendengarkan Firman Tuhan dan mempraktikkannya (Rm. 10:17; Yak. 2:17-18).
Membuka pikiran kita kepada pengajaran-pengajaran Firman Tuhan membangun iman,
dan melakukan apa yang Allah katakan--sekalipun itu bertentangan dengan
keinginan-keinginan kita pribadi--menyiapkan kita untuk menerima kepenuhan
kuasa Roh" [alinea keempat].
Tumbuh bersama iman. Saya mempunyai seorang teman masa muda yang
terbilang cukup dekat. Tinggal dalam satu rumah yang sama, menyukai makanan
yang sama, menggemari olahraga yang sama, senang diskusi dan bergurau bersama,
saya suka menulis dan dia suka membaca, dia pintar melukis dan saya senang
lukisan, dan selama beberapa tahun kami menjalani suka-duka bersama. Tapi lebih
penting lagi, pemuda yang satu ini suka sekali menghadiri KKR di gereja saya.
Karena jumlah kehadirannya memenuhi syarat dia pernah dihadiahi Alkitab dan buku
Roh Nubuat terbitan IPH. "Mungkin kalau saya sampai berpindah agama dan
menjadi orang Kristen, saya akan memilih menjadi anggota gereja Advent,"
katanya suatu kali. Sampai kami berpisah menurut jalan hidup masing-masing,
sekitar 50 tahun silam, sahabat saya ini belum menjadi Kristen. Namun saya
pernah katakan kepadanya bahwa pengakuannya tentang Yesus Kristus adalah
Juruselamat manusia bagi saya itu sudah cukup menggembirakan, selebihnya adalah
pekerjaan Roh Kudus. Semoga.
Injil adalah Kabar Baik untuk semua orang, jalan keselamatan bagi
mereka yang percaya. Keselamatan adalah anugerah Tuhan, tetapi kasih karunia
yang diberikan secara cuma-cuma itu hanya efektif jika diterima dalam iman.
Alkitab mengatakan, "Sebab itu, baiklah kita waspada supaya jangan ada
seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke
dalam perhentian-Nya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar
kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak
berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan
mereka yang mendengarnya" (Ibr. 4:1-2).
"Pengalaman rohani kita dibangunkan kembali bilamana kita menerima
dan mengklaim Firman Allah oleh iman. Hanya sedikit manfaat diperoleh dari
membaca Alkitab yang terburu-buru karena rasa tanggungjawab atau kewajiban.
Kita diubahkan sementara kita menghayati apa yang kita baca, dan membiarkan
pengajaran-pengajaran Alkitab membentuk pemikiran kita dan hidup kita"
[alinea terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang hubungan antara kebangunan rohani, iman
dan firman?
- Iman dan firman adalah dasar dari kebangunan rohani seseorang. Iman mendorong kita untuk membaca firman Tuhan, dan iman membuat kita menerima dan melaksanakan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan itu. Jadi, selain membaca Firman kita juga harus melatih iman melalui perbuatan.
- Iman sejati itu lebih dari sekadar percaya tapi juga berbuat sesuai dengan kepercayaan yang ditumbuhkannya dalam hati kita. Meskipun setiap permohonan kepada Tuhan harus didasarkan pada iman, namun iman mempunyai fungsi yang jauh lebih luas dari itu. Iman mempengaruhi tabiat dan pola hidup kita.
- Kerohanian kita bertumbuh bersama iman dan firman. Lebih sering kita membaca dan menyelidik Firman Tuhan, semakin besar dan kukuh iman kita bertumbuh. Kebangunan rohani akan menjadi pengalaman setiap hari dari seorang yang rajin membaca Firman Tuhan dan tekun memelihara pertumbuhan imannya.