Berawal dari kolam Betesda. Pada hari itu Yesus berada di kota
Yerusalem untuk merayakan salah satu hari raya wajib bagi orang Yahudi (Yoh.
5:1). Ketika melewati Pintu Gerbang Domba, Yesus menyempatkan diri menjenguk
suasana di kolam Betesda yang ada di dekat situ. Betesda (Grika: Βηθεσδά,
Bēthesda) mengandung dua arti: rumah pengampunan atau air yang mengalir. Kolam
Betesda adalah tempat di mana orang-orang yang mencari kesembuhan berebutan
bilamana malaikat Tuhan mengguncang air itu, sebab hanya orang yang pertama
masuk ke kolam itu saja yang sembuh. Di situ ada seorang laki-laki yang sudah
38 tahun menunggu kesempatan pertama itu tapi tak pernah berhasil, dan kepada
orang itulah Yesus datang menawarkan kesembuhan. "Bangunlah, angkatlah
tilammu dan berjalanlah" (ay. 8). Hari itu adalah Sabat perayaan tahunan,
bukan Sabat hari ketujuh, tetapi sama-sama adalah hari perhentian.
Di Bait Allah orang itu bertemu dengan Yesus yang berpesan kepadanya
supaya tidak berbuat dosa lagi, kalau tidak dia bisa kena penyakit yang lebih
parah lagi (ay. 14). Bukannya memperhatikan perkataan Yesus dan berjanji untuk
hidup suci, lelaki itu malah langsung pergi melapor kepada para pemimpin
Yahudi. Ketika berhadapan dengan para pemimpin Yahudi itu Yesus menggunakan
kesempatan tersebut untuk mengkhotbahi mereka, memperkenalkan siapa
sesungguhnya diri-Nya dan sekaligus mencela ketidakpercayaan mereka. "Kamu
menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu
mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu" (ay. 39-40; huruf miring ditambahkan).
Fungsi Firman dan Roh. Selain sebagai teguran, perkataan Yesus juga
menegaskan tentang fungsi Kitabsuci (=Alkitab) sebagai sumber informasi perihal
keselamatan dan kesaksian dari hal Yesus Kristus sebagai Mesias atau
Juruselamat. Dengan kata lain, Yesus menegur mereka yang membaca Kitabsuci
tetapi tidak menemukan Firman Allah di dalamnya. Mengapa? Karena mereka membaca
dan menyelidik Kitabsuci dengan motivasi yang salah, mereka membaca hanya
dengan pikiran tapi tidak dengan hati. Hal yang sama dapat terjadi pada kita
apabila kita membaca dan menyelidik Alkitab bukan untuk "menemukan"
Firman Allah--membaca bukan untuk mengisi hati melainkan hanya mengisi
pikiran--sehingga Alkitab sekadar dijadikan sebagai sumber pengetahuan bukannya
sumber kebenaran.
Pada kesempatan lain ketika berbicara kepada murid-murid, Yesus
menyebutkan tentang "Roh Kebenaran" yang akan menuntun mereka
"ke dalam seluruh kebenaran" dan yang akan memberitahukan kepada
mereka mengenai "hal-hal yang akan datang" (Yoh. 16:13). Lebih lanjut
Yesus berkata, "Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan
kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya,
adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang
diterima-Nya dari pada-Ku" (ay. 14-15; huruf miring ditambahkan). Sebelumnya
kepada para pemimpin Yahudi itu Yesus sudah berbicara tentang
"Firman" (Kitabsuci atau Alkitab) yang memberi kesaksian perihal
diri-Nya, sekarang kepada para murid itu Yesus berbicara tentang
"Roh" yang memberitakan perihal diri-Nya. Jadi, Firman dan Roh
sama-sama bertutur mengenai Yesus Kristus.
"Firman Allah bersaksi tentang Yesus. Roh Kudus juga bersaksi
tentang Yesus. Roh itu menuntun kita kepada suatu pengalaman yang lebih
mendalam dengan Yesus melalui Firman-Nya. Tujuan dari Roh Kudus dalam
kebangunan rohani utamanya tidak untuk menyatakan Diri-Nya melalui tanda-tanda
adikodrati dan keajaiban-keajaiban melainkan untuk meninggikan Yesus melalui
Firman-Nya...Firman Allah menyediakan dasar atau landasan bagi seluruh
kebangunan rohani sejati. Pengalaman kita mengalir keluar dari suatu pemahaman
akan Firman Allah. Pujian dan penyembahan kita bersemi dari pikiran yang
dipenuhi dengan Firman. Suatu kehidupan yang diubahkan merupakan kesaksian
terbesar dari kebangunan rohani yang sesungguhnya" [alinea pertama: empat
kalimat pertama; dan alinea kedua].
Dalam perjalanan ke Emaus. Akhir pekan yang menghebohkan bagi penduduk
kota Yerusalem dan sekitarnya. Perhatian seluruh kota tersedot kepada peristiwa
penangkapan Yesus pada hari Kamis subuh di Getsemane, proses pengadilan dan
penyaliban-Nya, sampai kematian-Nya pada hari Jumat sore di Bukit Tengkorak.
Semuanya berlangsung dengan cepat. Dapat dibayangkan pembicaraan orang-orang
yang datang beribadah di Bait Suci pada hari Sabat keesokan harinya yang hanya
terpusat sekitar peristiwa spektakuler itu. Tapi belum lagi usai orang banyak
memperbincangkannya, pada hari Minggu besoknya penduduk kota sudah dihebohkan
lagi oleh kabar tentang kebangkitan Yesus secara misterius yang segera beredar
dari mulut ke mulut meski dengan berbisik-bisik karena takut. Sungguh sebuah
akhir pekan yang menggemparkan. Berdasarkan sebuah perhitungan, kejadian itu
berlangsung tanggal 6-9 April tahun 32 TM. (Baca di sini--->
http://www.ecclesia.org/truth/trial-jesus.html).
Pada hari Minggu sore itu dua orang tampak asyik membahas kejadian
tersebut dalam perjalanan mereka dari Yerusalem ke Emaus, sebuah desa yang
jauhnya sekitar 11 Km (Luk. 24:13). Keduanya adalah pengikut Yesus, tetapi
bukan termasuk di antara 11 murid Yesus yang tersisa. Tanpa mereka sadari,
karena memang penglihatan mereka dikaburkan, tiba-tiba saja Yesus sudah
berjalan beriringan dan berlagak ingin tahu apa yang sedang dibicarakan. Yesus
mengorek pendapat dari kedua murid itu perihal peristiwa tersebut, dan tanpa
curiga keduanya lalu mengungkapkan rasa kecewa mereka oleh sebab Yesus yang
mati disalibkan itu tadinya diharapkan untuk menjadi pembebas Israel (ay.
20-24). Yesus mencela ketidakmengertian mereka perihal nubuatan tentang Mesias
dalam tulisan para nabi, tapi Ia juga merasa kasihan dengan keluguan mereka
lalu memberi penjelasan (ay. 25-27). Sejurus kemudian, setelah menyadari bahwa
Yesus sendirilah yang baru saja berbicara kepada mereka tapi sekarang telah
menghilang, kedua murid itu berkata, "Bukankah rasa hati kita seperti
meluap, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan, dan menerangkan isi
Alkitab kepada kita?" (ay. 32, BIMK).
"Kisah kemunculan Yesus kepada kedua murid di jalan menuju ke
Emaus itu menyingkapkan peran yang Alkitab mainkan dalam memulai kebangunan
rohani yang sesungguhnya. Pengikut-pengikut Kristus ini telah dipenuhi dengan
kebingungan...Yesus bisa saja mengadakan suatu mujizat untuk membuktikan
jatidiri-Nya atau memperlihatkan cacad di tangan-Nya. Dia tidak lakukan itu.
Gantinya, Dia memberikan kepada mereka sebuah pelajaran Alkitab" [alinea
keempat: dua kalimat pertama dan tiga kalimat terakhir].
Apa yang kita pelajari tentang peran Alkitab dalam bersaksi perihal
Yesus?
- Orang-orang Yahudi di zaman Yesus menyelidik Kitabsuci (yaitu Torah
dan kitab para nabi), dan mereka pasti sering membaca nubuatan tentang Mesias.
Mereka bukan tidak percaya, tetapi mereka "tidak setuju" dengan
suratan nasib yang ditentukan atas diri Mesias.
- Membaca Kitabsuci harus dengan niat untuk menemukan kebenaran, bukan
untuk sekadar mendapatkan penghiburan dan kelegaan perasaan. Alkitab memang
dapat menghibur hati pembacanya, tapi jangan jadikan Alkitab sebagai "obat
penenang" yang hanya menghembuskan angin surga.
- Sampai pada hari-hari
terakhir berada di dunia ini Yesus tetap bekerja memberi penjelasan tentang isi
Firman itu, termasuk kepada kedua murid dalam perjalanan ke Emaus. Setelah
pulang kembali ke surga, Yesus mengutus Roh Kudus untuk mengambil alih
pekerjaan itu.