Jagalah dirimu. Kota Efesus purba bukan saja sebagai pusat keduniawian
tetapi juga salah satu pusat Kekristenan di abad pertama. Sebagai kota
pelabuhan dan kota perdagangan, Efesus purba yang berpenduduk sekitar 250.000
orang itu tergolong kota dunia (kosmopolitan) yang moderen dan ramai pada masa itu,
sebuah kota yang menawarkan berbagai kepelesiran duniawi. Lokasi bekas kota ini
terletak sekitar dua kilometer dari Selcuk, propinsi Izmir, Turki. (Sekarang
ada juga kota Efesus moderen, tapi hanya sebuah kota kecil di negara bagian
Georgia, AS.) Rasul Paulus pernah tinggal di Efesus purba selama beberapa tahun
dalam dasawarsa 50-an Tarikh Masehi di mana dia menginjil dan mendirikan jemaat
Efesus, salah satu dari tujuh jemaat yang disebutkan dalam Wahyu pasal 2. Dari
kota inilah Paulus menulis surat pertama kepada jemaat di Korintus (kitab 1
Korintus), sedangkan surat untuk jemaat Efesus ditulisnya dari dalam penjara di
kota Roma sekitar tahun 62 TM. Rasul Yohanes, salah satu dari 12 murid Yesus
yang adalah juga murid kesayangan, menurut catatan pernah juga tinggal di kota
ini.
Paulus mengungkapkan keprihatinannya tentang jemaat Efesus ketika
berbicara kepada para penatua jemaat itu yang diundang datang menemuinya di
kota Miletus, kota persinggahannya dalam perjalanan pulang ke Yerusalem.
"Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah
yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah
yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku
pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak
akan menyayangkan kawanan itu...Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan
dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan
menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah
dikuduskan-Nya" (Kis. 20:28-29, 32).
Sang rasul paham betul dengan tantangan-tantangan yang dihadapi jemaat
Efesus. Sebagai kota yang sarat dengan keduniawian dan pusat penyembahan
berhala, ditandai dengan adanya Kuil Artemis yang terkenal itu, kota Efesus
adalah sebuah perangkap bagi umat Kristen yang tinggal di situ. Tetapi ancaman
yang paling besar dan harus lebih diwaspadai adalah pengaruh jahat dari
"serigala-serigala yang ganas...dan tidak akan menyayangkan kawanan itu."
Paulus sedang merujuk kepada kawanan iblis, yang oleh rasul Petrus disebut
sebagai "singa yang mengaum-aum" (1Ptr. 5:8). Di bawah kendali iblis,
beberapa orang dari antara jemaat itu akan muncul dengan ajaran palsu dan
menarik sebagian dari anggota jemaat untuk menjadi pengikut mereka (Kis.
20:30). Sepertinya keadaan serupa juga sedang melanda sebagian gereja kita
sekarang, bukan? Saya melihat hal ini sedang terjadi, khususnya di beberapa
jemaat Indonesia di Amerika Serikat dan juga segelintir di tanah air.
Dilahirkan kembali oleh Firman. Sementara kewaspadaan harus
ditingkatkan, Paulus juga menyebutkan tentang perlunya membentengi diri dengan
Firman Tuhan. Itulah sebabnya sang rasul menyerahkan jemaat di Efesus itu
"kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia" (Kis. 20:32) yang
berkuasa untuk membangunkan kembali kerohanian jemaat itu. Meskipun dia telah
meminta para penatua jemaat Efesus itu untuk memperhatikan anggota-anggota
jemaat, tetapi sang rasul merasa lebih terjamin untuk menyerahkan mereka kepada
Tuhan dan firman-Nya. Manusia tidak dapat diandalkan, tetapi Firman Tuhan
adalah benteng pertahanan rohani yang abadi. "Seluruh umat manusia adalah
seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi
kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan
nafas-Nya...Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita
tetap untuk selama-lamanya" (Yes. 40:6-8).
Berbicara tentang kelahiran kembali secara rohani, rasul Petrus berkata:
"Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi
dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal"
(1Ptr. 1:23). Namun, Firman Allah tidak cukup untuk dibaca saja tapi harus
dipraktikkan. Kata rasul Yakobus: "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku
firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu
diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak
melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya
yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi
atau ia segera lupa bagaimana rupanya" (Yak. 1:22-24). Menurut rasul
Yohanes, Firman Allah itu menguatkan baik anak-anak, orang muda, maupun
orangtua. "Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal
Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang
ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu
kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang
jahat" (1Yoh. 2:14).
Apa yang kita pelajari tentang peran Firman dalam kebangunan rohani?
- Firman Tuhan berkuasa membangun dan memelihara kerohanian, firman itu juga menjadi pemicu kebangunan rohani dalam diri setiap orang yang membacanya dengan tekun. Firman Tuhan adalah benteng pertahanan kerohanian yang handal bagi semua umat percaya.
- Anda tidak dapat mengandalkan pertumbuhan rohani maupun kebutuhan akan kebangunan rohani pada sesama manusia. Pendeta, guru Alkitab, penatua jemaat, pemimpin diskusi Sekolah Sabat, teman, orangtua, sanak keluarga, semuanya memiliki pergumulan rohani yang sama dengan anda.
- Dilahirkan kembali melalui Firman Allah mengubah kita menjadi manusia baru secara menyeluruh. Kerohanian yang dibangun kembali oleh Firman Tuhan membuat anda dan saya memiliki fondasi yang baru untuk menjadikan kita sebagai pelaku-pelaku Firman yang giat dan tangguh.