Facebook
RSS

BERANI UNTUK MENGAKU

-
Firman Tuhan

Dulu ada sebuah pemeo yang cukup populer: Mengaku supaya enteng. Maksudnya, kalau anda berbuat suatu kesalahan, sengaja atau karena alpa, lebih baik mengaku terus terang supaya hukumannya lebih enteng. Barangkali karena untuk mengaku itu saja sudah merupakan suatu hukuman tersendiri bagi si pesakitan.

Ada beberapa alasan mengapa orang sukar untuk mengakui kesalahan. Antara lain, tidak menyadari telah berbuat salah, menyadari tapi malu, takut ketahuan kekurangan atau kelemahannya, menganggap kesalahan itu sepele, merasa diri lebih besar daripada pihak terhadap siapa harus mengaku, tidak menghargai orang lain, dan sebagainya. Tapi jika ditelaah semua itu berpangkal pada satu hal, yakni gengsi. Gengsi adalah "penyakit moral" yang telah banyak menimbulkan kerugian, materil maupun moril. Karena gengsi orang nekad mengeluarkan uang banyak meski hidupnya pas-pasan. Gara-gara gengsi juga banyak orang yang kehilangan kesempatan emas untuk mendapat sesuatu yang berharga bagi hidupnya, termasuk kehilangan calon pasangan hidup. Pokoknya, gengsi bisa membuat seseorang kehilangan akal sehat.

Menurut Sigmund Freud, dalam diri manusia terdapat sebuah struktur yang disebutnya sebagai "apparatus psikis" yang terdiri atas id, ego dan super-ego dengan fungsinya masing-masing. Id bertanggungjawab pada kecenderungan naluri manusia, ego mengendalikan pemikiran yang realistik dan tertata, sedangkan super-ego memainkan peran moral yang bersifat kritis. Berdasarkan teori struktural ini maka dia berpendapat bahwa rasa bersalah timbul sebagai akibat dari konflik antara ego dan super-ego.

Rasa bersalah perlu ditangani dengan tepat, karena jika terus terpendam dapat mengganggu kestabilan emosi bahkan membuat yang bersangkutan jatuh sakit. Pertanyaannya, bagaimana dan kepada siapa rasa bersalah itu hendak dicurahkan? Selain itu, apakah pengungkapan rasa bersalah akan diterima dengan baik?
Keberanian untuk mengakui kesalahan oleh pihak yang bersalah, dan kesediaan menerima pengakuan itu di pihak yang telah diperlakukan salah, sama-sama merupakan suatu tindakan yang mulia. Asalkan kedua pihak melakukannya dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih. Perlu disadari juga bahwa kedua pihak berkemungkinan untuk bertukar posisi di waktu yang akan datang; kali ini si A yang mengaku salah kepada si B, lain kali si B yang melakukannya kepada si A. Dengan pemikiran itu maka dalam hal pengakuan bersalah sebenarnya tidak ada pihak yang perlu merasa direndahkan ataupun ditinggikan. Terlepas dari besar-kecilnya kesalahan yang hendak diakui itu, pada dasarnya tindakan mengaku bersalah itu harus dilihat sebagai manifestasi hubungan pergaulan antar manusia yang wajar, namun terpuji. Apalagi jika itu terjadi di kalangan umat Tuhan. "Oleh rahmat Allah, satu jiwa yang berbudi akan memberi pengampunan, terlepas dari seberapa besar perasaan yang terluka".

Apabila hubungan antar manusia terjalin atas dasar kesetaraan--tidak ada yang merasa lebih besar dari yang lain--biasanya proses pengakuan rasa bersalah akan berjalan dengan mulus. Bagi yang menerima pengakuan bersalah ada perasaan bahwa dirinya dihargai dan dipercaya, sedangkan bagi yang menyatakan pengakuan itu ada keyakinan bahwa dirinya tidak akan direndahkan dan pengakuannya dihormati. "Menaruh percaya dan dipercaya menyediakan ikatan yang akan membuat suatu persahabatan itu sejati dan abadi".

Seseorang yang secara psikis sudah dewasa serta memiliki kepribadian yang baik dengan pertumbuhan kerohanian yang matang, biasanya adalah orang yang tepat dengan siapa kita mengungkapkan beban rasa bersalah yang menghimpit batin, apabila kita telah berbuat salah terhadap suatu pihak lain. Barangkali pribadi seperti ini dapat dijadikan sebagai "pihak ketiga" yang akan bertindak sebagai penghubung di antara dua orang yang berselisih. Terhadap seseorang dengan kepribadian matang seperti itu biasanya memudahkan kedua pihak yang terlibat konflik untuk mengutarakan perasaan mereka tanpa kekuatiran cerita tentang mereka akan menyebar atau dimanfaatkan untuk tujuan yang merugikan. Hal ini harus benar-benar dipertimbangkan dengan cermat sebelum seseorang mengungkapkan kesalahan yang telah dibuatnya. Kalaupun anda tidak merasa yakin apakah ada orang yang bisa dipercaya untuk menjembatani perselisihan, kita masih memiliki Tuhan sebagai pihak ketiga yang bahkan sangat terpercaya. "Yang terpenting adalah bahwa kita selalu dapat mengakui pelanggaran kita kepada Tuhan dalam keyakinan penuh dan dengan kepastian pengampunan yang terjamin...Orang lain mungkin dapat menolong, tetapi pertolongan yang pasti datang dari Allah, yang bersedia mengangkat semua kesusahan kita setiap waktu, membiarkan kita dengan rasa kelegaan sejati karena sudah meletakkan beban kita di tangan-Nya".

Memiliki jaminan pertolongan dari Tuhan akan membuat kita menjadi orang-orang Kristen yang berani mengaku bersalah, baik kepada sesama kita terlebih kepada Tuhan.

2 Responses so far.

Leave a Reply