Sebagaimana yang kita pelajari dari pembahasan pelajaran pekan lalu, emosi-emosi negatif timbul dalam diri Adam dan Hawa setelah mereka jatuh dalam dosa. Sebelumnya, kehidupan pasangan nenek-moyang seluruh umat manusia itu penuh dengan perasaan aman dan tenteram. Kita tidak tahu secara pasti berapa lama orangtua pertama kita itu menjalani kehidupan yang indah dan sejahtera lahir-batin seperti itu, suatu masa yang baru akan mereka nikmati lagi di surga dan di dunia baru nanti ketika suasana Taman Firdaus itu dipulihkan. Sebuah suasana nostalgia yang manis bagi Adam dan Hawa, dan bagi kita umat percaya yang hidup sekarang ini menjadi impian yang dinantikan dengan "kegelisahan yang positif" bilakah itu akan terjadi.
Kegelisahan Adam dan Hawa setelah berdosa dan terusir dari rumah-taman mereka itu tentu tidak sama dengan kegelisahan kita sekarang ini. Kalau kita gelisah karena masalah kebutuhan-kebutuhan dasar manusia (sandang, pangan, papan dan keamanan), maka nenek-moyang pertama itu cemas memikirkan akibat dari dosa mereka dan gelisah oleh rasa bersalah. Tulisan Roh Nubuat mengatakan bahwa "setelah Adam memakan buah larangan itu, 'pemikiran tentang dosanya itu memenuhi dirinya dengan rasa ngeri' dan kesejukan taman itu membuat pasangan yang bersalah itu menggigil. Mereka ditinggalkan dengan 'rasa berdosa, kegentaran menghadapi masa depan, dan ketelanjangan jiwa'".
Dalam pada itu, sementara kita hidup dalam dunia di mana "yang pasti adalah ketidakpastian" maka kita mau tak mau harus bergumul dengan perasaan gelisah itu. Para pakar psikologi perkembangan [bukan 'pengembangan psikologi'] telah mempelajari bahwa kegelisahan bahkan sudah ada sejak seorang bayi baru dilahirkan. Perasaan lapar, haus, ketenangan yang terusik dan rasa tidak nyaman pasti akan membuat bayi menangis--sebab menangis adalah satu-satunya "bahasa" yang dapat mereka gunakan untuk mengkomunikasikan kegelisahan mereka.
Selanjutnya perasaan gelisah ini terus merongrong kehidupannya ketika dia bertumbuh selama masa kanak-kanak, masa remaja dan masa muda, hingga masa dewasa dan memasuki masa lanjut usia bahkan sampai tutup usia. Sejalan dengan pertambahan usia dan perkembangan mentalnya, kegelisahan dan cara mengkomunikasikan perasaan itu juga berubah dan berkembang. Menangis bukan lagi menjadi satu-satunya ekspresi kegelisahan, tetapi ada bentuk-bentuk lain dalam mengungkapkan kecemasannya.
"Kecemasan dan kegelisahan adalah sangat lazim. Hal itu juga sering terjadi, bersifat merusak, dan menyakitkan...Kegelisahan juga bisa datang bersamaan dengan kepanikan".
Menyadari bahwa kegelisahan dan kecemasan adalah hal yang lumrah dan merupakan keniscayaan dalam diri setiap orang selama dia hidup, dan bahwa kondisi yang berbahaya dan bisa merusak itu akan selalu membayangi ke manapun kita pergi, lalu apa yang harus kita perbuat untuk menghadapinya? Jawabannya adalah: berpaling kepada Tuhan! Seperti digambarkan dalam kata-kata mutiara ini: When you come to wits end, you'll find God in there! (Pada waktu anda kehabisan akal, di situlah Tuhan itu ada).
Mengapa berpaling kepada Tuhan dapat mengobati kegelisahan? Sebab di dalam Firman-Nya Tuhan telah memaparkan "janji-janji untuk menghadapi rasa takut dan kecemasan" seperti yang dapat anda baca dalam Mzm. 23:4, Ams. 1:33, Hag. 2:5, 1Ptr. 3:14 dan 1Yoh. 4:18, 19. Ayat-ayat ini hanya sebagian kecil dari janji-janji dan jaminan Allah kepada manusia yang percaya dan berharap kepada-Nya di masa-masa penuh gelisah.
Dari ayat-ayat yang tertera di atas, ayat manakah yang paling mengesankan bagi anda? Tentu saja setiap orang bisa mempunyai pandangannya sendiri tentang manakah janji dan jaminan Allah yang merupakan janji favorit. Tetapi bagi saya jaminan kegemaran adalah 1Yoh. 4:18: "Di dalam kasih tidak ada ketakutan; kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan."
Adalah kasih Allah yang membebaskan kita dari rasa takut dan rasa gelisah. Karena kasih-Nya maka "Allah menaruh perhatian dalam membebaskan kita dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan itu dan mengundang kita untuk percaya kepada-Nya".
Saya bersyukur dan berbangga karena saya memiliki Alah yang peduli pada setiap kecemasan saya!