Facebook
RSS

MENOLONG ORANG LAIN SEBAGAI PENAWAR STRES

-
Firman Tuhan

Meringankan Beban Orang Lain
Petrus menggambarkan Gurunya sebagai seorang yang "berjalan berkeliling sambil berbuat baik" (Kis. 10:38). Dan Yesus melakukan kebaikan kepada semua orang, tidak hanya terbatas kepada suku-Nya atau teman-teman dekat saja. Inilah yang menjadi masalah bagi banyak orang, yaitu bahwa mereka hanya mau berbuat baik kepada kelompok sendiri atau orang-orang yang sepaham dengan mereka. Padahal, kalau hanya berbuat baik secara terbatas seperti itu kita tidak perlu harus menjadi orang Kristen lebih dulu, sebab para penjahat atau kelompok geng juga menunjukkan "kebaikan" secara selektif seperti itu. Berbuat baik kepada orang lain tidak sama dengan perbuatan solidaritas (kesetia-kawanan).

Berbuat baik mengandung makna sosial, mengakui keberadaan orang lain dan kesadaran bahwa diri kita adalah bagian dari masyarakat di mana kita hidup. No man is an island, tak ada orang yang bisa hidup sendirian. "Dalam kebanyakan kasus tekanan ditimbulkan oleh pekerjaan, hubungan dengan sesama, uang, dan sebagainya, yang terpusat pada diri sendiri. Memusatkan perhatian kepada orang lain (ketimbang hanya pada diri sendiri) adalah satu cara yang baik untuk menghilangkan ketegangan diri".

Banyak contoh tentang orang-orang yang tadinya bersikap mementingkan diri sehingga mengalami stres berat bahkan terserang penyakit, kemudian berubah menjadi orang yang berbahagia setelah mereka mau menaruh kepedulian terhadap orang-orang lain. Di antaranya seperti John D. Rockefeller yang bersama anaknya, John D. Rockefeller, Jr., mendirikan Yayasan Rockefeller dengan menyisihkan sejumlah besar kekayaan pribadi mereka untuk membantu orang-orang serta lembaga-lembaga di seluruh dunia. "Sumbangannya telah berbuat banyak kebaikan di dunia. Dan bagi dirinya sendiri, dia memperpanjang usia sampai hampir limapuluh tahun lagi, hidup dalam kepuasan hingga usia 97 tahun".

Ada juga pasangan Henry dan Edsel Ford (pendiri pabrik mobil Ford), suami-isteri Bill dan Melinda Gates (pendiri Microsoft), orang-orang yang sangat beruntung dalam bisnis mereka lalu mendirikan yayasan-yayasan kemanusiaan untuk tujuan filantropis. Dari kalangan generasi muda termasuk Mark Elliot Zuckerberg (26 thn), pendiri dan pemimpin sekaligus pemilik jejaring sosial Facebook. Tahun 2010 lalu Mark dikukuhkan oleh majalah Time sebagai Person of the Year, dan telah menyumbang ratusan juta dollar untuk dunia pendidikan. Dengan kekayaannya tahun lalu yang mencapai hampir 7 milyar dollar AS mungkin jumlah donasinya masih terlalu sedikit, tapi setidaknya dia sudah menunjukkan roh kedermawanannya yang pasti akan terus berlanjut.
Mungkin kita berkata dalam hati, "Nantilah kalau saya sudah menjadi kaya raya baru saya akan membantu orang lain." Tetapi menolong sesama dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus menjadi kaya terlebih dulu. Dalam diri setiap orang ada potensi untuk membantu sesamanya, dalam segi apa saja, karena Tuhan telah mengaruniakan kepada kita talenta-talenta yang tidak saja harus digunakan untuk pekerjaan Tuhan tetapi juga menolong orang lain. Sebaliknya, orang yang menahan kebaikan terhadap orang lain akan menjadi orang yang paling malang di dunia ini. Keinginan untuk membantu orang lain itu terutama didorong oleh sifat kedermawanan.

Wikipedia, ensiklopedi gratis berbasis internet, memberikan kesimpulan tentang kedermawanan: "Kedermawanan tidak semata-mata didasarkan pada keadaaan ekonomi seseorang, tapi sebaliknya melibatkan niat murni seseorang untuk menemukan kebaikan bersama dalam masyarakat dan memberi dari dalam hati. Kedermawanan harus memantulkan kegemaran seseorang untuk menolong orang lain." (huruf miring ditambahkan). Jadi, kedermawanan haruslah didorong oleh niat yang murni serta keinginan yang besar untuk berbuat demi kepentingan orang lain, bukan sekadar basa-basi atau karena didorong oleh maksud terselubung untuk kepentingan pribadi.

Berbuat kebaikan pada gilirannya akan menimbulkan keuntungan bagi diri sendiri berupa perasaan senang dan bahagia. Saya merasa amat bahagia dapat menolong tetangga saya, pasangan kulit putih yang sudah berumur lebih dari 90 tahun, ketika selama dua hari membersihkan atap rumahnya yang dipenuhi dedaunan dan dahan-dahan kering sehingga menyumbat saluran air hujan. Atau sekali seminggu pada setiap hari sampah menyimpan kembali tong sampah besar dari tepi jalan ke tempatnya, dan pekerjaan-pekerjaan sederhana lainnya, semua tanpa dibayar. Sebaliknya, saya merasa begitu berdosa ketika suatu sore saat berolahraga jalan kaki bertemu dengan seorang wanita tua yang meminta uang satu dollar tetapi tidak dapat memberikannya karena tidak membawa dompet. Sejak itu, setiap kali berolahraga jalan cepat (brisk walk), perlengkapan yang tidak pernah ketinggalan adalah telepon genggam dan dompet. Sungguh bahagia dapat menolong orang lain meski hanya untuk sesuatu yang sangat sederhana sesuai kesanggupan kita.

"Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?" kata Tuhan (Kej. 4:7). Berbuat baik dalam ayat ini adalah menurut perintah Allah, dan menolong orang lain adalah juga memenuhi perintah Tuhan. Anda akan merasakan kebahagiaan yang meningkatkan kesehatan tubuh dan jiwa apabila berbuat kebajikan bagi orang lain, sebab menolong orang lain pada dasarnya adalah menolong diri sendiri. Untuk itu kita harus senantiasa memupuk sifat murah hati, oleh karena "orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri" (Ams. 11:17).

Leave a Reply