Facebook
RSS

Kendalikan emosi kita

-
Firman Tuhan

Sekalipun pada umumnya Yesus tampil sebagai seorang yang lembut dan rendah hati selama pelayanan-Nya di dunia ini, ada saat-saat di mana Dia memperlihatkan kehormatan dan martabat-Nya sebagai Anak Allah. Ia sudah menunjukkan sikap itu bahkan sejak berumur duabelas tahun ketika mengajar di kaabah Yerusalem di hadapan ahli-ahli Taurat dan imam-imam yang menyimak dengan penuh ketakjuban.

Belasan tahun kemudian, Yesus yang sama kembali ke kaabah itu. Kali ini Dia memerlihatkan kewibawaan-Nya sebagai Raja Surga dalam sosok manusia ketika mendapati halaman kaabah itu hiruk-pikuk dengan berbagai hewan kurban dan para pedagangnya yang mengisi tempat di hampir setiap sudut halaman. Mereka bisa berjualan di sana karena sebelumnya sudah membayar retribusi tidak resmi kepada pengurus kaabah, semacam pungutan "uang keamanan" seperti yang biasa ditarik dari para pedagang kaki lima di kota-kota besar itu. Tatkala Yesus berdiri di halaman kaabah sembari memandang sekeliling, "Suatu rasa takut yang ganjil turun ke atas orang banyak itu. Mereka yang berada di dekat Yesus secara naluri bergeser mundur dari Dia sejauh yang bisa mereka lakukan di tengah kerumunan massa".

Tidak disangsikan lagi bahwa hari itu kuasa ilahi menyelubungi Yesus yang geram melihat rumah ibadah dijadikan sebagai pasar yang menyediakan berbagai barang kebutuhan untuk upacara persembahan kurban. Seharusnya rakyat yang datang beribadah telah menyediakan segala kebutuhan itu dari rumah mereka masing-masing seperti yang berlaku di masa lalu. Tetapi naluri dagang dan keserakahan sebagian orang telah mengubah kaabah Tuhan yang seharusnya menjadi tempat yang khusyuk menjadi bagaikan pasar kaget yang jauh dari kesucian. Kadar adrenalin dalam darah Yesus meningkat, dan Dia siap melakukan pembersihan secara fisik.

"Ia berbicara dengan nada suara yang jelas dan dengan suatu kuasa yang menyebabkan orang banyak itu tersapu seakan oleh angin ribut yang dahsyat: 'Ada tertulis, rumah-Ku adalah tempat berdoa; tetapi kamu telah menjadikannya sarang penyamun!'". Lalu dengan seutas cambuk di tangan-Nya Ia menjungkirbalikkan meja-meja kaki lima itu dan membuat para pedagang dan pembeli lari tunggang-langgang!

Sebagai umat Tuhan kita harus belajar untuk menjaga temperamen dan mengendalikan emosi. Tetapi, bila menyangkut "pembersihan" rumah Tuhan dari segala praktik kotor dan pencemaran nama Allah serta untuk penegakkan aturan-aturan organisasi gereja Tuhan yang berlaku, terkadang kita perlu bersikap dan bertindak tegas tanpa pandang bulu. Ada tindakan righteous indignation (amarah kebenaran) yang bisa tampil sebagai emosi negatif yang menakutkan bagi mereka yang bersalah, tetapi menjadi sesuatu yang positif manakala itu dilakukan demi menjunjung kehormatan dan memelihara kekudusan rumah Tuhan. Kita tidak akan ragu-ragu untuk menerapkan hal itu di mana perlu!

Ada sebuah pepatah lama yang berbunyi: "Sabar bukannya takut, berani bukannya semberono." Umat Tuhan harus sabar tetapi tidak menjadi penakut, dan berani tanpa menjadi semberono. Tuhan akan menolong kita dengan kuasa Roh dan akal budi agar bisa menjadi orang-orang yang layak untuk membersihkan jemaat-Nya dari anasir-anasir yang ingin memanfaatkan gereja bagi kepentingan diri sendiri maupun untuk agenda-agenda pribadi mereka.

Leave a Reply