Facebook
RSS

Istilah "emosi"

-
Firman Tuhan


Istilah "emosi"  berasal dari kata Prancis amouvoir , atau dalam bahasa Latin e-movere (e=luar; movere=bergerak) yang berarti "perasaan yang bergerak ke luar." Definisi yang umum untuk kata "emosi" adalah "reaksi atau perasaan yang intens terhadap seseorang atau sesuatu kejadian." Secara biologis emosi dihasilkan dari sistem limbik otak yang terletak di batang otak. Respon orang terhadap pemicu emosi itu berbeda-beda, antara lain ditentukan oleh faktor kepribadian dan tingkat intelektualitas seseorang.
Apapun definisi orang tentang emosi, faktanya ialah bahwa "emosi adalah bagian yang penting dari kepribadian manusia". Pada dasarnya emosi terbagi dua, yaitu emosi positif dan emosi negatif. "Emosi-emosi positif dapat memberikan suatu perasaan kepuasan dan kesejahteraan lahir-batin; sedangkan emosi yang negatif cenderung menyebabkan rasa sakit dan kesedihan yang mendalam...Jadi, emosi dapat memainkan suatu peran yang penting dalam kesejahteraan diri kita secara keseluruhan".

Barangkali ada yang bertanya: Kalau Tuhan menanamkan emosi itu dalam diri manusia sejak penciptaan, apakah juga termasuk emosi yang negatif? Melihat apa yang diuraikan di atas, bahwa emosi negatif itu bersifat "merusak" kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, saya cenderung berpikir bahwa Tuhan tidak menanamkan emosi yang negatif ke dalam pikiran Adam dan Hawa ketika pasangan ini diciptakan. Sebab Tuhan menciptakan manusia dan menempatkan mereka di Taman Firdaus dengan tujuan supaya mereka hidup berbahagia dan menikmati kehidupan mereka. Dosalah yang mengubah semua itu.

Tatkala Adam dan Hawa melanggar perintah Allah dengan memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat itu, sekonyong-konyong timbullah rasa takut dan rasa malu, dua emosi negatif yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. Jadi, dosa bukan saja menjadi biang keladi kemerosotan kondisi manusia dan alam secara fisik, tetapi juga merusak kondisi biologis dan psikologis manusia. Selanjutnya emosi negatif berkembang dengan hadirnya rasa marah, benci, cemburu, sakit hati dan tidak puas seperti yang dimanifestasikan oleh Kain terhadap Habil, adiknya. Tragis.

Melihat bahwa dosa telah menimbulkan kondisi emosional yang berubah-ubah dalam diri manusia, serta mengubah perangai dari baik menjadi jahat, Tuhan sangat peduli agar umat-Nya belajar untuk mampu mengelola dan mengendalikan emosi. "Tokoh-tokoh Alkitab juga tidak kebal terhadap naik-turunnya emosi. Sebagian berhasil mengendalikannya, yang lain kehilangan kendali sehingga membiarkan emosi-emosi negatif membawa mereka kepada tindakan-tindakan yang salah".

Sepanjang triwulan ini kita akan bercermin dari pengalaman hamba-hamba Tuhan di zaman Alkitab dalam berhadapan dengan dorongan perasaan yang kuat dari dalam diri mereka sendiri, dan apa akibat-akibatnya terhadap diri mereka maupun orang lain. "Jadi, alangkah pentingnya bahwa kita belajar lebih jauh tentang emosi-emosi kita dan bagaimana hal itu berdampak pada kehidupan kita".

Leave a Reply