Facebook
RSS

DI MANA ADA CINTA (Emosi-emosi Positif)

-
Firman Tuhan


Banyak teori tentang emosi yang telah dihasilkan oleh berbagai pakar berpengaruh melalui pendekatan disiplin ilmu yang berbeda, khususnya para ahli psikologi (ilmu jiwa), neurologi (ilmu tentang syaraf), dan filosofi (ilmu filsafat). Sehingga lahirlah teori somatik (emosi yang dipengaruhi oleh reaksi tubuh), teori neuro-biologis (emosi adalah akibat dari keadaan pikiran, menyenangkan atau tidak menyenangkan), dan teori kognitif (emosi adalah hasil dari aktivitas berpikir, meliputi penilaian dan evaluasi). Tetapi pada dasarnya semua teori ini sepakat dalam satu hal: bahwa emosi positif baik bagi kesejahteraan tubuh, sedangkan emosi negatif berpengaruh buruk bagi tubuh.

Bahkan, emosi negatif berakibat buruk bukan kepada orang yang merasakannya saja, tetapi juga berdampak buruk kepada orang-orang lain dengan siapa dia berinteraksi. "Sebaliknya, keadaan emosi yang positif, seperti perasaan kasih, kebaikan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran semuanya terkait dengan perasaan sehat-sejahtera, pandangan yang positif, dan hubungan yang optimal dengan Tuhan dan sesama...Dengan kata lain, semakin positif pandangan dan emosi anda, kian baik pula kesehatan meyeluruh yang dapat anda nikmati".

Pendekatan Alkitabiah menempatkan emosi positif sebagai "buah-buah Roh" (Gal. 5:22-23) dalam manifestasi kasih, sukacita, damai, panjang sabar, keramahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan pengendalian diri (mengendalikan emosi negatif). Ini berarti, pelbagai emosi positif yang baru disebutkan itu adalah hasil pengaruh ilahi dalam kehidupan orang percaya. Kalau teori sekuler mengajarkan bahwa perasaan-perasaan negatif timbul secara alamiah sebagai respon neuro-biologik yang "normal" bila seseorang dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang memicunya, maka teori ilahi mengemukakan hal yang berbeda: sekalipun seseorang menghadapi keadaan yang memicu munculnya emosi negatif, berkat iman maka orang itu "mampu bereaksi terbalik" dengan menampilkan emosi positif!

Bahkan, sebagai "orang-orang pilihan Allah" maka umat Tuhan yang sudah dikuduskan menjadikan emosi-emosi positif sebagai "pakaian jiwa" dengan mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, pengampunan dan tidak mendendam (Kol. 3:12-13), oleh sebab semuanya telah diikat oleh kasih dan diperintah oleh damai sejahtera Kristus (ay. 14-15).

"Sekalipun kasih itu lebih daripada sebuah emosi, itu tetap merupakan emosi tertinggi...Kasih menghasilkan serangkaian perasaan dan emosi positif lainnya yang dapat diujudkan ke dalam perilaku-perilaku yang sangat disukai".

Setiap rang Kristen harus menetapkan suatu tujuan puncak dalam kehidupan keberagamaannya sehingga dia dapat berkata, "Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku; dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah" (Gal. 2:20). Dengan kata lain, sebagai orang Kristen kita harus terus bertumbuh menuju kepada keadaan di mana "manusia lama" kita sudah terkubur seluruhnya, dan yang ada hanyalah "manusia baru" yang sudah sepenuhnya berubah "menjadi serupa dengan Kristus" melalui pembaruan hidup sehari-hari.

Apabila kita berserah dan dengan pertolongan kuasa Roh kita sampai kepada kesempurnaan iman seperti itu, maka emosi-emosi positif menjadi semacam response by default (reaksi otomatis) dalam kehidupan kita, tidak peduli situasi apapun yang sedang kita hadapi dan alami. Kita tidak akan langsung bangkit amarah ketika ada orang yang menunjukkan sikap kurang sopan, kita tidak gampang tersinggung saat pendapat kita diserang, tidak mudah murung dan merajuk pada waktu keinginan kita tidak dipenuhi, bahkan tidak merasa terhina kala diri kita dilecehkan orang!

Leave a Reply