Facebook
RSS

JAWABAN YANG BENAR UNTUK DOA YANG SALAH

-
Firman Tuhan

Terapi Allah
Kelelahan mental bermanifestasi pada keletihan fisik, begitu juga sebaliknya. Nabi Elia menempuh perjalanan seharian untuk sampai ke sebuah tempat dan jatuh tertidur di bawah pohon arar (juniper, sejenis pohon pandan besar  yang rindang dan berbunga kuning). Tidak dicatat berapa lama Elia tertidur sebelum dia kemudian dibangunkan oleh malaikat yang membawakannya makanan, dan sesudah makan dia tertidur kembali. Tampaknya Elia sudah terbiasa dengan pelayanan "katering istimewa" semacam ini; dulu di sungai Kerit diberi makan oleh burung gagak, dan sekarang oleh malaikat Tuhan.

Allah mengetahui kondisi fisik maupun kejiwaan Elia, dan Ia membiarkan nabi itu beristirahat sejenak dari kelelahan lahir-batin. Kalau Tuhan mau melakukan itu kepada Elia, apakah kita meragukan bahwa Ia akan melakukan hal yang sama kepada kita--anak-anak Tuhan yang berani seperti Elia?

Tetapi tentu saja tugas nabi itu belum tuntas. Dia tidak akan terus makan-tidur seperti itu. Setelah kekuatan fisiknya dan kesegaran jiwanya dipulihkan, Elia siap untuk mengadakan perjalanan selama 40 hari, siang dan malam. Dia diperintahkan oleh Tuhan untuk pergi ke gunung Horeb, atau disebut juga "gunung Tuhan," yaitu gunung Sinai di mana Allah dulu turun dan bertemu langsung dengan Musa untuk menyerahkan Sepuluh Perintah itu.

Orang tidak harus bekerja tanpa henti sambil menahan stres yang terus-menerus, perlu ada waktu istirahat. Terkadang Tuhan mengizinkan orang yang hendak disiapkan-Nya bagi suatu tugas besar untuk menikmati "masa jedah" selama beberapa waktu supaya dia siap baik fisik maupun mental. Perjalanan panjang yang dilakukan

Elia itu dapat dikatakan sebagai gerakbadan. "Latihan jasmani sering dimasukkan dalam aktivitas oleh sebab hal itu membantu produksi endorfin, unsur kimia alami sejenis morfin yang meningkatkan rasa nyaman dan untuk sementara waktu meringankan depresi".

Setelah mengalami tekanan jiwa yang berat, sampai-sampai menimbulkan keinginan untuk mati, Elia kemudian dibawa kepada suasana hati yang gembira. Selain berjalan kaki sebagai olahraga yang memicu tubuh menghasilkan zat endorfin yang menimbulkan rasa senang, Elia juga mengalami semacam eustress (stres yang baik) karena sambil berjalan itu dia berharap-harap cemas apa gerangan tugas yang sedang menantinya di depan. Nabi itu sudah terbiasa dengan cara-cara Allah memimpin hidupnya sehingga dia tahu bahwa kalau Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke sebuah tempat pasti ada sesuatu yang harus dilakukannya di sana. Bukankah dia pernah disuruh tinggalkan sungai Kerit dan pergi ke Sarfat di mana dia mengadakan mujizat, dan dari situ dia disuruh kembali ke Samaria untuk menghadap raja Ahab sehingga terjadi kontes persembahan kurban di gunung Karmel yang menghebohkan itu?

"Dengan bimbingan ilahi Elia dituntun ke dalam langkah-langkah yang akan memulihkan kesehatan mentalnya yang normal. Sebagaimana halnya Elia, kitapun perlu membuka diri kepada pimpinan ilahi". Banyak kali kita tergoda untuk berpaling kepada sumberdaya yang ada dalam jangkauan kita demi mencari jalan membuang stres dan memulihkan kesegaran jiwa kita, namun acapkali langkah yang kita ambil berdasarkan pemikiran kita sendiri itu tidak membawa hasil seperti yang diharapkan. Lalu, gantinya kita beralih kepada Tuhan, seringkali kita malah menjadi penasaran dan merasa kurang puas dengan upaya yang kita lakukan sendiri itu lalu "meningkatkan dosis" pencarian ketenangan batin sebegitu rupa sampai usaha itu justeru menimbulkan ekses yang negatif.

Setibanya di gunung Sinai, dan setelah beristirahat sejenak di dalam gua, nabi besar itu menyaksikan suasana saat Allah turun ke bumi. Tuhan tidak ada dalam angin ribut, gempa maupun api yang datang susul-menyusul, melainkan Dia ada di dalam angin sepoi-sepoi (1Raj. 19:11, 12). "Apa kerjamu di sini, Elia?" Allah bertanya. Dua kali Tuhan mengajukan pertanyaan yang sama, dua kali pula Elia menjawab, "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." (ay. 9-10, 13-14, huruf miring ditambahkan).

Jika sekiranya Tuhan bertanya kepada anda "Apa kerjamu di sini?" dapatkah anda menjawab seperti nabi Elia, "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan"?
Dari pengalaman batin yang telah membuat dirinya stres, Tuhan membiarkan Elia menyaksikan suasana saat Allah turun ke bumi. Setelah itu masih ada tugas-tugas penting yang harus dikerjakannya, sebelum akhirnya nabi Elia diangkat hidup-hidup ke surga. Elia sudah terlanjur memohon hal yang tidak senonoh ketika dia meminta Tuhan mencabut nyawanya, tetapi Allah yang Maha Tahu itu memberikan kepadanya jawaban yang benar atas doanya yang salah itu!

Leave a Reply